Menutup tahun 2025, pasar keuangan global memang penuh dinamika. Tak terkecuali di Indonesia. Di tengah kondisi itu, Valbury Asia Futures justru menyampaikan pandangan yang cukup optimis untuk tahun 2026 mendatang. Mereka melihat sejumlah faktor bakal mendorong pertumbuhan industri perdagangan yang lebih matang. Apa saja? Di antaranya adalah kebijakan moneter yang mulai melonggar, inflasi global yang mulai stabil, dan yang tak kalah penting: literasi investasi masyarakat Indonesia yang makin meningkat.
Menurut tim Research & Education Valbury, tahun depan logam mulia seperti emas dan perak diproyeksikan akan mengalami kenaikan yang signifikan. Di sisi lain, sektor energi seperti minyak justru kemungkinan akan melemah. Begitu pula dengan AUDUSD dan indeks Nikkei Jepang yang diperkirakan turun.
Lalu bagaimana dengan saham?
"Indeks saham utama seperti Nasdaq, IHSG, dan S&P bisa mencatat pertumbuhan positif di atas 9 persen. Hal itu tergambar dengan IHSG yang sudah mencapai rekor tertinggi di sekitar 8.600-an saat ini, menunjukkan performa pasar modal Indonesia yang kuat," tulis Valbury dalam rilis persnya, Senin (15/12/2025).
Secara umum, pergerakan mata uang utama diperkirakan bakal terbatas. Ini menandakan dominasi penguatan logam mulia dan indeks saham, sementara tekanan justru terjadi di sektor energi dan beberapa mata uang tertentu.
Valbury menilai 2026 akan menjadi periode transisi yang strategis di kancah global. Setelah tiga tahun digenjot dengan suku bunga tinggi, bank-bank sentral utama sebutlah Federal Reserve AS dan Bank of England diproyeksi mulai menurunkan suku bunganya secara bertahap. Itu nanti terjadi di paruh kedua tahun 2026.
Artikel Terkait
Indonesia Dipuji PBB sebagai Teladan Kerjasama Global Selatan
Utang Luar Negeri Indonesia Turun, Sektor Swasta Mulai Menyusut
Danantara Amankan Aset Strategis di Dekat Masjidil Haram untuk Jemaah Indonesia
Pasar Asia Merah, Investor Menanti Langkah Bank Sentral