Sabtu pagi (13/12) itu, langit Medan baru saja cerah. Tepat pukul 08.08 WIB, sebuah pesawat Air Tractor lepas landas dari Bandara Kualanamu. Tujuannya: Bandara Rembele di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Di dalamnya, bukan penumpang biasa, melainkan pasokan BBM yang krusial. Inilah upaya Pertamina, lewat Pertamina Patra Niaga, untuk menjaga aliran energi ke daerah-daerah yang sulit dijangkau pascabencana.
Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama Pertamina, turun langsung meninjau persiapan penerbangan itu. Ia didampingi Mars Ega Legowo Putra, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga. Mereka sudah hampir seminggu berkeliling Aceh, mengawasi distribusi BBM dan bantuan. Kondisi sejumlah jalur darat yang masih parah membuat pilihan jatuh pada jalur udara. "Ini solusi yang paling strategis saat ini," kira-kira begitu pertimbangannya.
Simon menegaskan, semua moda transportasi dikerahkan. Darat, laut, udara semuanya dipakai agar pasokan BBM tidak terhenti.
"Di wilayah tertentu dengan akses terbatas, pengiriman melalui udara, termasuk Air Tractor, menjadi opsi terbaik agar energi segera menjangkau masyarakat,"
kata Simon dalam keterangannya, Minggu (14/12).
Memang, belakangan ini distribusi via udara makin diintensifkan. Mulai dari pesawat perintis, Hercules, hingga helikopter dengan sistem sling load. Tapi untuk rute ke Bener Meriah, Air Tractor-lah yang jadi andalan. Pesawat ini bisa mengangkut sekitar 3,5 KL Biosolar atau 4 KL Gasoline seperti Pertalite dan Pertamax. Rencananya, penerbangan bakal dilakukan dua sampai tiga kali sehari. Cukup untuk menjaga pasokan tetap mengalir.
Mars Ega menjelaskan, keunggulan Air Tractor terletak pada kecepatan dan kemampuannya menjangkau lokasi-lokasi terpencil.
Artikel Terkait
Petani Indonesia Menembus Pasar Global: Langkah-Langkah Nyata Ekspor Hasil Bumi
Sensus Ekonomi 2026: BPS Petakan Peta Hijau Bisnis Indonesia
OJK: Jumlah IPO Turun, Tapi Kualitas Emiten Jadi Prioritas
IHSG Melaju 18%, Kekayaan Para Taipan Tembus Rp 5.000 Triliun