Di sisi lain, profitabilitas perusahaan juga menunjukkan perbaikan signifikan. Marjin laba kotor di kuartal III 2025 mencapai 66,3%, sementara marjin EBITDA bahkan lebih tinggi, 76,4%. Nilai EBITDA-nya sendiri membengkak menjadi Rp18 miliar.
Namun begitu, cerita besarnya mungkin justru ada di rencana ke depan. INET dikabarkan sedang menyiapkan pendanaan jumbo senilai Rp4,2 triliun. Rinciannya, ada rights issue sekitar Rp3,2 triliun yang masih menunggu lampu hijau dari OJK, plus rencana penerbitan obligasi senilai Rp1 triliun di tahun 2026.
Dana segunung itu rencananya akan dipakai untuk banyak hal. Mulai dari pembangunan kabel bawah laut, proyek Fiber To The Home (FTTH), hingga pengembangan layanan internet berbasis node. Tidak hanya itu, perusahaan juga berencana mengakuisisi PT Personel Alih Daya Tbk (PADA) dan PT Trans Hybrid Communication (THC) untuk memperkuat kapasitas di bidang kontraktor FTTH dan managed services.
Dengan dukungan ekspansi semacam ini, proyeksi laba pun dibuat sangat agresif. Untuk tahun 2026, laba diproyeksikan meledak 849,2% menjadi Rp257 miliar. Dan di 2027, angkanya diprediksi mencapai Rp736 miliar, tumbuh 185,7% lagi.
Valuasi target harga Rp1.350 itu sendiri didasarkan pada multiple EV/EBITDA 2027F sebesar 25x. Meski optimis, Samuel Sekuritas tetap mengingatkan sejumlah risiko. Di antaranya adalah kemungkinan keterlambatan ekspansi, realisasi pertumbuhan pelanggan yang ternyata di bawah ekspektasi, dan tentu saja, pelemahan daya beli masyarakat yang bisa memengaruhi segalanya.
Jadi, meski suspensi telah dibuka dan prospek terlihat cerah, jalan menuju target harga itu jelas tidak akan mulus. Butuh eksekusi yang sempurna dari manajemen.
Artikel Terkait
Lion Parcel Tambah Armada dan Tenaga Antisipasi Banjir Kiriman 12.12
Bajaj Maxride Resmi Meluncur, Siap Layani Lima Kecamatan di Manado
Stasiun Lebak Bulus Resmi Berganti Nama, Dapatkan Fasilitas Baru untuk Penumpang
MAHA Melesat di Bursa, Ini Profil Emiten Jasa Logistik Batu Bara yang Tembus 40%