Kita sering mengira diri sebagai makhluk rasional, terutama saat berurusan dengan uang. Logika dan kalkulasi dingin, begitu pikir kita, yang mengendalikan setiap keputusan. Tapi coba ingat-ingat lagi: kapan terakhir kali Anda membeli sesuatu hanya karena takut kehabisan? Atau bertahan pada investasi yang merugi, berharap ia akan bangkit kembali? Di sinilah ilusi itu runtuh. Studi behavioural finance justru menunjukkan, lebih sering daripada tidak, emosi dan persepsi subjektif kitalah yang memegang kendali bukan logika ekonomi yang dingin.
Lihat saja budaya belanja online sekarang. Saat promo besar atau flash sale tengah malam tiba, apa yang sebenarnya terjadi? Rasa takut ketinggalan (FOMO) sering jadi pendorong utama. Bukan karena butuh, tapi karena khawatir orang lain dapat sesuatu yang kita lewatkan. Logika? Ia sudah minggat jauh-jauh, digantikan oleh dorongan emosional yang meluap sesaat.
Di sisi lain, ada kecenderungan lain yang tak kalah kuat: confirmation bias. Singkatnya, kita cenderung mencari dan percaya pada informasi yang mendukung keinginan kita sendiri. Mau beli gadget mahal atau pilih saham tertentu? Alih-alih mencari tinjauan yang berimbang, kita malah melahap habis ulasan positif yang membenarkan niat awal. Sementara itu, peringatan atau kritik yang justru mungkin berguna, dengan mudah kita abaikan. Akibatnya, keputusan yang diambil bukan lagi keputusan objektif, melainkan sekadar pembenaran belaka.
Perilaku ikut-ikutan atau herding behaviour semakin memperparah keadaan. Ketika suatu tren investasi tiba-tiba viral, gelombang orang ramai-ramai ikut terjun. Padahal, banyak yang belum paham betul risikonya atau bahkan cara kerjanya. Keputusan finansial pun berubah jadi reaksi sosial. Kita membeli bukan karena paham, tapi karena melihat orang lain melakukannya. Fenomena seperti ini, sayangnya, sering jadi pemicu gelembung spekulatif yang berujung penyesalan.
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
Ekspor Perikanan Tembus USD 5 Miliar, ASEAN Jadi Pasar Andalan