Pemerintah Kerek Tarif Ekspor Batu Bara, Laba Emiten Diprediksi Anjlok

- Selasa, 09 Desember 2025 | 12:15 WIB
Pemerintah Kerek Tarif Ekspor Batu Bara, Laba Emiten Diprediksi Anjlok

Rencana ini tentu bikin khawatir para pelaku pasar. Stockbit dalam risetnya, Senin (8/12/2025), menilai bea ekspor baru berpotensi memberikan tekanan signifikan pada kinerja emiten batu bara. Perusahaan yang sangat bergantung pada ekspor dan punya produk kalori tinggi, bakal paling merasakan dampaknya.

Estimasi awal mereka cukup mencengangkan. Laba bersih di tahun 2026 diproyeksi turun antara 7 hingga 27 persen.

Skenario terberat, penurunan 27 persen, diperkirakan bakal menimpa PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Alasannya, porsi ekspor mereka tinggi dan kemungkinan kena tarif bea maksimal 5 persen.

Di sisi lain, dampak paling ringan, sekitar 7 persen, diperkirakan berlaku untuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan ini punya porsi ekspor yang lebih kecil dibandingkan lainnya.

Tapi, Stockbit juga menegaskan. Proyeksi ini masih bisa berubah. Banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari detail final regulasi, dinamika harga batu bara global, sampai strategi yang diambil masing-masing perusahaan.

Lalu, bagaimana dengan aturan DHE yang baru? Pembatasan konversi valas ke rupiah punya dua sisi. Di satu sisi, ini bisa meningkatkan retensi dolar di dalam negeri dan membantu stabilisasi nilai tukar rupiah. Itu kabar baik.

Namun begitu, ada konsekuensinya. Likuiditas valas di bank-bank swasta berpotensi menyusut karena dana terkonsentrasi di Himbara. Fleksibilitas eksportir dalam mengelola arus kas valas mereka juga jadi lebih terbatas. Meski begitu, kelonggaran untuk pembayaran pinjaman dalam valas mungkin bisa sedikit meredam dampak negatifnya.

Jadi, semua masih menunggu kepastian. Rencana sudah di atas kertas, tapi implementasinya di lapangan nanti yang akan bicara.


Halaman:

Komentar