Semua gerakan ini tak lepas dari dinamika dolar AS di panggung global. Indeks dolar AS (DXY) sendiri tercatat anjlok 0,45 persen selama sepekan, berakhir di level 98,992. Ini yang memberi ruang bagi mata uang Asia untuk bernapas.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, melihat sentimen ini datang dari ekspektasi pasar yang mulai berubah.
“Investor telah beralih ke pandangan bahwa The Fed mungkin akan mulai melonggarkan kebijakan seiring melemahnya momentum ekonomi,” jelas Ibrahim dalam risetnya.
Faktor domestik juga turut mendukung. Data terbaru menunjukkan Cadangan Devisa Indonesia pada akhir November 2025 naik menjadi USD150,1 miliar. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, didorong oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Lantas, bagaimana prospek ke depan? Ibrahim memprediksi pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif. Untuk perdagangan selanjutnya, ia memperkirakan rupiah berpotensi ditutup melemah, bergerak dalam rentang yang cukup sempit antara Rp16.640 hingga Rp16.680 per dolar AS.
Artikel Terkait
Saham Gocap Mendominasi, ROCK Melonjak 143% di Awal Desember
Triple B Kuasai Mayoritas Saham MEJA, Transaksi Tembus Rp17,6 Miliar
XL Axiata Lepas Saham Mora dengan Diskon Fantastis 95%
Kontraktor BUMN Terkapar, Hanya Total Bangun Persada yang Tembus Target