Di akhir pekan perdagangan, rupiah mencatat penguatan tipis terhadap dolar AS. Sentimen dari luar negeri jadi pendorong utamanya, terutama spekulasi bahwa The Federal Reserve bakal memotong suku bunga pada pertemuan Desember nanti.
Berdasarkan data pasar spot Bloomberg, rupiah menguat 0,03 persen ke level Rp16.648 per dolar. Secara mingguan, apresiasinya lebih jelas, yakni 0,16 persen dibanding penutupan Jumat pekan lalu.
Namun begitu, ceritanya sedikit berbeda jika melihat kurs tengah Jisdor Bank Indonesia. Di sini, rupiah justru melemah 0,05 persen harian menjadi Rp16.655. Meski begitu, secara mingguan, posisinya masih lebih baik dengan kenaikan tipis 0,03 persen.
Nah, kalau dibandingkan dengan kawan-kawannya di Asia, kinerja rupiah ini boleh dibilang sedang-sedang saja. Sepanjang pekan, penguatannya tercatat 0,09 persen. Bukan yang terdepan, tapi jelas bukan yang terlemah.
Panggung penguatan Asia justru didominasi oleh dua mata uang tetangga. Baht Thailand perkasa dengan kenaikan 0,78 persen, disusul Ringgit Malaysia yang naik 0,56 persen. Yen Jepang dan Dolar Taiwan juga ikut menguat.
Di sisi lain, beberapa mata uang justru tertekan. Rupee India, misalnya, terpangkas 0,65 persen. Peso Filipina dan Won Korea Selatan juga ikut melemah.
Artikel Terkait
Saham Gocap Mendominasi, ROCK Melonjak 143% di Awal Desember
Triple B Kuasai Mayoritas Saham MEJA, Transaksi Tembus Rp17,6 Miliar
XL Axiata Lepas Saham Mora dengan Diskon Fantastis 95%
Kontraktor BUMN Terkapar, Hanya Total Bangun Persada yang Tembus Target