Kebijakan ini nggak bisa jalan sendirian. Harus dibarengi dengan penguatan ekosistem pasar modal secara keseluruhan. Salah satu masalah yang disoroti adalah rendahnya free float, yang bikin perdagangan saham jadi kurang likuid dan dalam.
“Kebijakan demutualisasi bursa efek perlu diiringi penguatan ekosistem, termasuk peningkatan free float, agar dampaknya terhadap kedalaman dan likuiditas pasar modal benar-benar optimal,” jelasnya. Tanpa itu, hasilnya mungkin nggak akan maksimal.
Nah, pemerintah juga lagi siapin aturan pendukung lain. Salah satunya terkait mekanisme cut loss untuk mendorong investor domestik, khususnya pengelola dana pensiun, agar lebih berani main di pasar modal. Mereka diharapkan bisa jadi anchor investors yang stabil.
Masyita ngasih contoh nyata dari India. Dalam kurun sepuluh tahun, mereka berhasil mendongkrak kapitalisasi pasar modalnya dari 72,86% PDB di 2014 menjadi 133,5% PDB di 2024. Kuncinya? Tata kelola yang diperbaiki, partisipasi investor domestik yang digenjot, dan pemanfaatan teknologi.
Proses penyusunan RPP ini sekarang lagi berada di tahap konsultasi teknis. Otoritas berdiskusi dengan regulator, BEI sendiri sebagai self-regulatory organization, para pelaku industri, dan tentu saja DPR.
“Kami memastikan proses penyusunan RPP dilakukan secara cermat, transparan, dan partisipatif,” imbuh Masyita. Targetnya besar: memperkuat pasar modal Indonesia supaya bisa jadi sumber pembiayaan jangka panjang yang andal, mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia maju. Perjalanannya masih panjang, tapi langkah awalnya sudah dimulai.
Artikel Terkait
OJK Desak Bank Turunkan Bunga Kredit, Transparansi ke Nasabah Diperkuat
MedcoEnergi (MEDC) Rebut Pasar AS, Catatkan Diri Sebagai Perdana di OTCQX
TRIOP Pacu Produksi, Genjot Target Batu Bara Tiga Kali Lipat di 2026
Rupiah Moncer di Akhir Pekan, Prospek Senin Dibayangi Fluktuasi