Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) melihat langkah pemerintah menempatkan dana segar Rp 200 triliun di bank-bank BUMN sebagai sebuah terobosan. Mereka berharap langkah ini bisa jadi pendorong bagi perekonomian nasional. Kalau dana ini bisa disalurkan dengan baik, bukan mustahil ekonomi bakal melesat lebih kencang.
Menurut Direktur Program INDEF, Eisha M Rachbini, stimulus ini seharusnya berdampak positif pada likuiditas dan penyaluran kredit. "Dari sisi kredit dan likuiditas, stimulus Rp 200 triliun harusnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit harus naik secara signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Kamis (20/11).
Di sisi lain, INDEF sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2026 akan berada di angka 5,0 persen. Angka ini tentu tidak lepas dari berbagai tantangan yang menghadang. Mulai dari ketidakpastian global yang makin menjadi, konsumsi dalam negeri yang belum benar-benar pulih, hingga kondisi pasar kerja yang masih didominasi sektor informal.
"Dinamika ekonomi global masih diwarnai ketidakpastian. Perang dagang kemungkinan masih berlanjut. Kami nilai pertumbuhan ekonomi ada di angka 5 persen," tambah Eisha.
Nah, soal penyaluran dana tersebut, ekonom INDEF lainnya, Didin S Damanhuri, punya pandangan khusus. Dia menekankan bahwa kredit dari dana Rp 200 triliun itu sebaiknya diprioritaskan untuk penguatan UMKM. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi yang tercipta nantinya akan lebih inklusif dan manfaatnya bisa benar-benar dirasakan hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.
Artikel Terkait
Analis Soroti Peluang IHSG Tembus 8.577, Ini Saham Pilihan Hari Ini
Nvidia Gagal Pertahankan Eforia, Wall Street Kolaps di Akhir Perdagangan
BEI Amankan Dua Saham Panasan AMMS dan FPNI Usai Catatkan Kenaikan Gila-Gilaan
Laporan Pekerjaan AS Picu Aksi Jual Besar-besaran di Wall Street