Persoalan lainnya yang tak kalah penting adalah soal KPR. CEO Leads Property, Hendra Hartono, ikut angkat bicara. Dia menilai, kalau hunian vertikal mau didorong, seharusnya KPR untuk apartemen bisa lebih mudah dan murah ketimbang KPR rumah tapak.
"KPR apartemen harusnya harus lebih murah di bank oleh pemerintah dibandingkan dengan KPR rumah tampak. Itu sepertinya jalan untuk biar apartemen (diminati) mungkin cuma setengah persen (bunga)," kata Hendra memberikan solusi.
Dengan langkah seperti itu, apartemen diharapkan tak hanya jadi incaran kalangan pensiunan yang anaknya sudah besar. Padahal, target pasar yang paling potensial sebenarnya adalah Gen Z dan milenial. Namun begitu, realitanya berbeda.
"Gen Z atau milenial yang masih berjuang dalam karier mereka, masih perlu banyak pengeluaran," jelas Hendra. "Dulu waktu apartemen harga Rp 500-800 juta masih menarik, sekarang rumah juga Rp 500 juta, rumah tapak, KPR juga sama, ya enggak menarik (apartemen)."
Jadi, menurutnya, harus ada pemotongan beberapa unsur biaya dan yang paling krusial, suku bunga bank yang lebih rendah. Kalau tidak, pengembang properti bakal kesulitan menarik minat generasi muda.
"Nanti dia (milenial dan Gen Z) taruh aja uangnya di bank diam aja di deposit. Ngapain main properti?" tandasnya. "Jadi pemain properti menurut saya ke depannya susah kalau yang namanya (mendapat pasar) milenial, karena mereka enggak pernah lihat menariknya properti."
Artikel Terkait
Nvidia Gagal Pertahankan Eforia, Wall Street Kolaps di Akhir Perdagangan
BEI Amankan Dua Saham Panasan AMMS dan FPNI Usai Catatkan Kenaikan Gila-Gilaan
INDEF Soroti Dampak Nyata Dana Segar Rp 200 T, Suku Bunga Mulai Merosot
Laporan Pekerjaan AS Picu Aksi Jual Besar-besaran di Wall Street