Gelombang Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak: Akankah AS Akhirnya Ikut Arus Global?

- Kamis, 11 Desember 2025 | 14:06 WIB
Gelombang Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak: Akankah AS Akhirnya Ikut Arus Global?

Kalau AS memutuskan untuk mengikuti langkah global, platform media sosial mungkin harus bersiap. Verifikasi usia akan jauh lebih ketat, bisa melibatkan pemeriksaan oleh pihak ketiga, kartu identitas resmi, verifikasi video selfie, atau sistem 'token usia' yang hanya menunjukkan status dewasa tanpa membocorkan identitas asli.

Australia Jadi Pelopor Larangan

Australia memberi contoh yang gamblang. Mulai 10 Desember 2025 nanti, platform media sosial diwajibkan mencegah warga Australia di bawah 16 tahun memiliki atau membuat akun baru. Denda untuk pelanggarnya bisa mencapai 49,5 juta dolar Australia sekitar Rp 548 miliar. Mereka juga wajib pakai teknologi age assurance.

Kebijakan ini lahir dari kekhawatiran mendalam soal kesehatan mental remaja. Psikolog klinis Danielle Einstein, dalam sebuah wawancara dengan Channel News Asia, menjelaskan betapa kuatnya dorongan remaja untuk tetap terhubung di media sosial.

Einstein percaya pembatasan usia bisa membawa dampak positif. Ia merujuk pada berkurangnya perundungan dan membaiknya nilai akademik, mirip dengan efek larangan smartphone di sekolah-sekolah Australia.

Selain Australia, Malaysia adalah nama berikutnya. Mereka sudah mengumumkan larangan serupa yang akan berlaku tahun depan, lengkap dengan pemeriksaan identitas elektronik. Sementara di Eropa, negara-negara anggota sibuk menyusun kerangka verifikasi usia bersama yang dijamin lebih privat.

Gugatan ke Meta Menambah Pemanasan

Di AS, tekanan terkuat justru datang dari ruang pengadilan. Gugatan federal di California menuduh Meta gagal mencegah anak-anak membuat akun. Lebih parah lagi, perusahaan dituding sengaja tidak memakai alat verifikasi usia yang mereka miliki karena khawatir akan menghambat pertumbuhan pengguna.

Dokumen internal yang terbuka di pengadilan mengungkap sesuatu. Meta ternyata sadar betul bahwa sistem verifikasi yang kuat akan mengurangi jumlah pengguna di bawah umur. Instagram bahkan disebut-sebut sempat tidak punya sistem penyaringan usia, lalu beralih ke metode mandiri yang mudah dimanipulasi.

Dengan Eropa yang mendorong standar baru berbasis privasi, AS kini terjepit dalam dilema klasik: bagaimana menyeimbangkan perlindungan anak, hak privasi pengguna, dan kebebasan mengakses informasi?

Intinya, AS ada di persimpangan jalan. Australia dan Malaysia sudah bergerak. Eropa menyiapkan standarnya. Gugatan pada Meta semakin menguak kelalaian. Para pendukung berharap aturan ketat bisa menjadi tameng dari risiko kesehatan mental dan bahaya di dunia maya.

Dalam waktu dekat, AS harus memutuskan: apakah akan menaikkan batas usia minimum, atau 'hanya' memperketat verifikasi. Apapun pilihannya, ini berpotensi menjadi perubahan paling besar dalam sejarah kebijakan keamanan digital untuk anak-anak di sana.


Halaman:

Komentar