AI 2026: Dari Asisten Digital ke Agen Otonom yang Bekerja Sendiri

- Rabu, 10 Desember 2025 | 16:18 WIB
AI 2026: Dari Asisten Digital ke Agen Otonom yang Bekerja Sendiri

"Orang itu suka tanya-tanya. 'Bisa kirim hari ini nggak?' atau 'AC 1 PK cocok nggak buat ruangan gue?'. Jadi, Business Messaging ini bakal sesuatu yang besar di sini," katanya.

Meta melihat integrasi AI ke dalam messaging akan jadi kunci. Mereka punya contoh nyata: chatbot AI yang dipakai OJK untuk tangani laporan penipuan, yang diklaim lima kali lebih efektif ketimbang lewat SMS atau email.

Namun begitu, Peter menekankan, teknologi ini nggak boleh cuma dikuasai segelintir perusahaan besar. AI harus didemokratisasi agar bisa dipakai semua kalangan, termasuk kreator konten dan pelaku UMKM.

Ia bayangkan, AI bisa bantu kreator lokal go internasional lewat fitur sulih suara otomatis ke bahasa asing. Ambil contoh Kili Paul, kreator dari suku Maasai yang punya 10,8 juta pengikut berkat konten lipsync lagu India.

"Kalau barang fisik bisa diekspor, kenapa kreator enggak? Bayangkan, dengan AI, satu konten bisa disulihsuarakan ke berbagai bahasa," ujarnya penuh semangat.

Dari sisi bisnis, angka berbicara sendiri. Data internal Meta menunjukkan, setiap 1 dolar AS yang diinvestasikan untuk iklan berbasis AI, menghasilkan return rata-rata 3,47 dolar AS.

Fitur seperti Advantage memungkinkan pengiklan serahkan urusan targeting dan variasi materi kreatif ke AI. Melelahkan sekali kalau harus bikin seribu variasi background secara manual. Nah, AI bisa otomatisasi semua itu.

Komitmen Meta jelas: merambah pasar global dengan bantuan teknologi ini.

"Teknologi harus dibuat untuk semua orang, didemokratisasi. Makanya tagline-nya: kalau Bu Broto dari Madiun bisa jualan pecel di Maroko, itu baru namanya sukses. Sesederhana itu," pungkas Peter menutup pembicaraan.


Halaman:

Komentar