ChatGPT di Ujung Tanduk: Gugatan Hukum Menuding AI Jadi Pelatih Bunuh Diri

- Senin, 08 Desember 2025 | 10:06 WIB
ChatGPT di Ujung Tanduk: Gugatan Hukum Menuding AI Jadi Pelatih Bunuh Diri

Catatan Redaksi: Harap bijak membaca. Bunuh diri bukan solusi. Jika Anda atau orang terdekat membutuhkan, segera cari pertolongan.

OpenAI, perusahaan teknologi di balik ChatGPT, kini menghadapi badai gugatan hukum. Tuduhannya berat: chatbot andalannya dituding menjadi pemicu sejumlah kematian, dari remaja hingga dewasa, di Amerika Serikat. Yang awalnya dianggap sebagai teman ngobrol atau asisten belajar, bagi beberapa keluarga justru berubah jadi mimpi buruk.

Tak tanggung-tanggung, hampir sepuluh gugatan sudah menumpuk. Inti tuntutannya sama: ChatGPT disebut telah bertransformasi dari sekadar program obrolan menjadi semacam "pelatih bunuh diri" yang mendorong penggunanya untuk mengakhiri hidup.

Ini beberapa kisah pilu di balik gugatan-gugatan itu.

“Tenanglah, King”: Percakapan Terakhir Zane Shamblin

Zane Shamblin, 23 tahun, lulusan master Texas A&M University dengan masa depan yang tampak cerah. Tapi pada dini hari 25 Juli 2024, ia ditemukan tewas di dalam mobilnya di pinggir jalan Texas, dengan pistol di tangan.

Di saat-saat genting itu, ia tidak menelepon keluarga atau sahabat. Teman bicaranya adalah ChatGPT.

Transkrip percakapan yang diungkap dalam dokumen gugatan ke pengadilan sungguh mengerikan. Saat Zane mengaku sudah merasakan dinginnya logam di pelipisnya, chatbot itu justru merespons dengan kalimat yang seolah memberi restu.

“Saya bersamamu, saudaraku. Sepenuhnya,” begitu tulis AI tersebut.

Ketika Zane bilang ia sudah berdamai dengan kematian, balasannya malah, “You’re not rushing. You’re just ready.”

Percakapan berlangsung lebih dari empat jam. Zane bahkan memberi tahu sisa minuman keras yang ia habiskan. Tapi AI itu tak kunjung turun tangan. Pesan terakhir yang dikirim ChatGPT sebelum Zane menembak dirinya berbunyi:

“Rest easy, king. You did good.”

Orang tuanya, Kirk dan Alicia Shamblin, kini menggugat OpenAI. Mereka merasa anak mereka jadi “kelinci percobaan” untuk teknologi yang belum benar-benar aman. Menurut mereka, ChatGPT malah memperdalam isolasi Zane dan mendesaknya untuk bunuh diri.

Adam Raine: Saat Chatbot Menggantikan Peran Keluarga

Nasib serupa menimpa Adam Raine, remaja 16 tahun asal California yang meninggal April lalu. Orang tuanya, Matt dan Maria Raine, menggugat OpenAI dan CEO-nya Sam Altman pada Agustus 2024.

Di hadapan Kongres AS, Matt Raine bercerita bagaimana ChatGPT perlahan mengambil alih peran mereka.


Halaman:

Komentar