Shutdown AS Masuki Bulan Kedua, Kerugian Diramal Capai Rp230 Triliun
Kebuntuan politik di Amerika Serikat memperpanjang masa government shutdown hingga memasuki bulan kedua. Krisis anggaran ini diprediksi akan memberikan dampak finansial yang sangat besar terhadap perekonomian negara tersebut.
Berdasarkan laporan dari Kantor Anggaran Kongres (CBO), kerugian ekonomi akibat penutupan pemerintah AS diperkirakan dapat mencapai USD 14 miliar atau setara dengan Rp 230 triliun. Besaran kerugian ini sangat bergantung pada durasi berlangsungnya shutdown.
Analisis lebih detail memproyeksikan bahwa jika pemerintah kembali beroperasi pada 12 November, kerugian yang ditanggung mencapai USD 11 miliar. Namun, jika kebuntuan negosiasi berlanjut hingga akhir November, kerugian diprediksi membengkak hingga USD 14 miliar.
Akar permasalahan dari krisis ini terletak pada deadlock negosiasi antara Partai Republik dan Partai Demokrat di Senat. Kedua kubu gagal mencapai kata sepakat mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) pengeluaran pemerintah. Sengketa utama berkisar pada permintaan Demokrat untuk memasukkan perpanjangan subsidi asuransi kesehatan, yang ditolak oleh kubu Republik.
Hingga saat ini, belum terlihat tanda-tanda kompromi dari kedua belah pihak yang sama-sama bersikukuh pada posisi mereka. Situasi ini mengakibatkan ratusan ribu pegawai negeri harus dirumahkan dan mengganggu berbagai layanan publik vital, termasuk pengaturan lalu lintas udara.
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Didesak Buka Kredit Murah untuk Selamatkan Industri Mebel
Greg Nwokolo Beri Sinyal Darurat ke PSSI: Indonesia Tak Butuh Proses Lagi!
Geo Dipa Pacu Pendapatan ke Rp1,07 Triliun, Andalkan Ekspansi PLTP
Prabowo Panggil Mendadak Purbaya, Pastikan Bantuan Bencana Sumatera Tak Tersendat