Flora, fauna, dan komoditas perdagangan dari Nusantara, termasuk kemenyan, kayu Eboni, gading, kayu manis, dan senjata, digambarkan dalam catatan-catatan Mesir kuno.
Dengan banyaknya bukti yang menguatkan, dapat disimpulkan bahwa tanah asal bangsa Mesir adalah di Sumatera, tepatnya di Bengkulu, dan kemungkinan besar di Pulau Enggano.
Ratu Hatshepsut, seorang wanita yang memerintah Mesir kuno, adalah Firaun wanita dengan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah.
Selama 20 tahun pada abad ke-15 sebelum Masehi, ia berhasil memerintah Mesir.
Namun, selain keberhasilannya dalam memerintah, Hatshepsut juga membuka hubungan antara Mesir kuno dan Nusantara.
Relief dan catatan di dinding kuil yang dibangunnya mengindikasikan bahwa leluhur Mesir berasal dari tanah Nusantara, sebuah fakta sejarah yang belum pernah terungkap sebelumnya.
Bagaimana hubungan Mesir kuno dengan tanah Nusantara?
Apa bukti yang menegaskan bahwa Nusantara adalah tanah leluhur bangsa Mesir kuno?
Tanah para dewa, sebuah sejarah peradaban Mesir Kuno, tercatat sebagai salah satu yang tertua di dunia.
Peradaban ini telah memiliki kebudayaan maju, bahkan sebelum peradaban Yunani dan Romawi.
Dikenal sebagai salah satu peradaban awal yang mengenal tulis-menulis, catatan sejarah dari bangsa Mesir kuno tergolong lengkap, termasuk keberadaan wilayah di luar Mesir kuno yang sangat penting bagi mereka.
Tanah Nusantara, disebut sebagai "Tanah Para Dewa", memiliki arti penting bagi masyarakat Mesir kuno sebagai tanah leluhur dan sebagai tujuan perdagangan utama.
Ekspedisi perdagangan reguler Mesir ke Nusantara dilakukan oleh berbagai penguasa Mesir dari dinasti yang berbeda.
Artikel Terkait
Daftar Lengkap Pemenang AMI Awards 2025: Garam & Madu dan Tabola Bale Jadi Jawara
BNI ESG Advisory Playbook: Panduan Transisi Hijau untuk Industri Sawit Indonesia
IDX Channel Sabet Penghargaan Tertinggi Televisi di Ajang Apresiasi Media SKK Migas-KKKS 2025
KPU Solo Tegaskan Ijazah Jokowi Utuh, Hanya Buku Agenda yang Dimusnahkan