Di dapur, talenan itu barang wajib. Tanpanya, urusan memotong-motong bahan masakan jadi berantakan. Dari sekian banyak jenis yang beredar, talenan kayu masih jadi pilihan favorit banyak orang.
Tapi, nggak sedikit juga yang ogah pakai kayu. Alasannya klasik: gampang rusak, warnanya gampang menghitam, atau lembap dan berjamur. Kekhawatiran terbesarnya sih, soal kontaminasi silang bakteri dari permukaan talenan yang dianggap kurang higienis.
Menurut Harum Fadhilatunnur, STP, MSc, seorang Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, kekhawatiran itu punya dasar. Baik talenan kayu maupun plastik, katanya, bisa menyerap sisa makanan dan air. Kondisi lembap itulah yang akhirnya jadi "rumah" nyaman buat mikroba patogen semacam kapang atau bakteri buat berkembang biak.
“Kalau mikroba patogen, misalnya Salmonella, E. coli, atau Listeria monocytogenes, tumbuh di talenan dan mencemari makanan, risikonya bisa bikin sakit. Gangguan kesehatannya beragam, dari yang jangka pendek kayak diare, sampai masalah jangka panjang akibat akumulasi mikotoksin,” jelas Harum.
Nah, ini yang menarik. Meski dianggap rentan, penelitian justru menunjukkan fakta sebaliknya soal talenan kayu. Dua ahli mikrobiologi pangan, Dean O. Cliver dan Nicky Lin dari University of Wisconsin, menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Dalam risetnya, mereka menguji coba bakteri-bakteri jahat seperti Salmonella, Listeria, dan E. coli yang biasa ditemukan di daging mentah atau sayuran terkontaminasi pada kedua jenis talenan.
Ternyata, pada talenan kayu, bakteri-bakteri itu cuma bertahan hidup kurang dari tiga menit. Kok bisa? Rupanya, struktur kayu yang berpori-pori, apalagi jenis kayu maple, punya cara kerja khusus. Ia menyerap bakteri ke bawah permukaan, memutus suplai oksigen dan kelembapan yang mereka butuhkan. Terperangkap di dalam, bakteri pun mati dengan cepat.
Artikel Terkait
Najib Razak Terjerat 15 Tahun Penjara dan Denda Rp46 Triliun dalam Skandal 1MDB
Harapan Baru di Kaki Gamalama: Kakek Subuh dan Cucunya Kembali Punya Rumah dan Sekolah
35 Ribu Rumah di Aceh Masih Gelap Gulita Pasca Banjir dan Longsor
Genset dan Kompor Gas Diterbangkan ke Aceh, 224 Desa Masih Gelap Gulita