Strateginya tidak berhenti di situ. Pemerintah juga fokus pada identifikasi dan evaluasi cadangan yang belum ditemukan. Teknik-teknik seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) dan waterflood akan diterapkan di lapangan-lapangan yang dinilai menjanjikan. Tak ketinggalan, optimalisasi sumur-sumur yang tak terpakai juga menjadi prioritas.
Langkah-langkah terarah ini jelas dirancang untuk memaksimalkan produksi dari wilayah kerja yang sudah ada. Tujuannya satu: meningkatkan produksi migas dalam jangka pendek hingga menengah.
Namun begitu, produksi saja tidak cukup. Yuliot menegaskan bahwa pemerintah juga sedang membangun infrastruktur pendukung. Mulai dari jaringan pipa transmisi dan distribusi migas dari wilayah kerja ke kawasan industri, peningkatan kapasitas kilang minyak dalam negeri, pembangunan tangki penyimpanan, hingga penambahan jumlah pengiriman kargo migas.
Pada acara yang sama, ditandatangani pula Wilayah Kerja Perkasa yang punya potensi sumber daya cukup besar, sekitar 228 MMBO atau setara 1,3 TCF. Perjanjian ini mencakup bonus tanda tangan sebesar US$300 ribu dan komitmen pasti total US$2,25 juta.
"Ini mencerminkan komitmen kuat para investor," ujarnya. Harapannya, langkah ini bisa mendongkrak produksi migas di wilayah Perkasa.
Dengan semua persiapan dan langkah strategis ini, pemerintah berharap target produksi yang dicanangkan bukan sekadar wacana. Tapi benar-benar bisa diwujudkan.
Artikel Terkait
PSSI Siapkan Lima Nama Kandidat untuk Isi Kursi Pelatih Timnas
Mitsubishi eK X EV Tak Kunjung Meluncur, Pasar Indonesia Dinilai Belum Siap
Karier ASN Makin Cepat, Kenaikan Pangkat Kini Bisa 12 Kali Setahun
OJK Minta Bank Tak Buru-buru Turunkan Suku Bunga