Suasana tegang melanda kawasan pertambangan emas PT Sultan Rafli Mandiri di Ketapang, Kalimantan Barat, pada Minggu lalu. Di sana, aksi brutal sekelompok Warga Negara Asing (WNA) asal China menargetkan aparat TNI. Lima anggota Yonzipur 6/Satya Digdaya menjadi korban, sementara dua unit kendaraan perusahaan dirusak. Mereka membawa senjata tajam, airsoft gun, hingga alat setrum. Sungguh, ini bukan sekadar tawuran biasa.
Persatuan Orang Melayu (POM) langsung menyuarakan kecaman keras. Bagi mereka, peristiwa ini adalah tamparan telak bagi kedaulatan hukum Indonesia.
Ketua Umum POM, Agus Setiadi, tak bisa menyembunyikan amarahnya. Ia menegaskan, insiden ini jauh melampaui konflik biasa.
Di sisi lain, Agus juga menyoroti keanehan yang terjadi. Ia mempertanyakan bagaimana bisa WNA bertindak sedemikian berani dan terorganisir di area sensitif seperti tambang.
Pandangan serupa datang dari pengurus POM di bidang advokasi, Muhammad Jimi Rizaldi. Ia melihat ini sebagai alarm keras bagi pengelolaan investasi asing, khususnya di pertambangan.
Artikel Terkait
Anggota TNI Dikeroyok WNA China di Tambang Emas, Anggota DPRD Kalbar: Ini Soal Kedaulatan!
GAM Desak PBB dan Uni Eropa Soroti Hambatan Bantuan Banjir Aceh
Bentrokan Berdarah di Tambang Emas Ketapang, WNA Serang Personel TNI
Dedi Mulyadi Bela Surat Edaran: Ini Darurat Bencana, Bukan Main-Main Hukum