Dalam sebuah pernyataan yang beredar, Gubernur Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam.
Ungkapan "hilang entah ke mana" itu yang bikin merinding. Itu bukan sekadar kiasan. Istilah itu menggambarkan betapa parahnya kerusakan infrastruktur dan komunikasi, sehingga beberapa kampung terputus total, terisolasi, sulit dijangkau. Mirip horor saat data korban tsunami dulu sulit dipastikan.
Di sisi lain, prioritas utama sekarang jelas: pelayanan kemanusiaan. Itu yang ditegaskan Gubernur. Fokusnya adalah pada korban yang terdampak.
Membandingkannya dengan tsunami 2004 bukan hal sepele. Bencana di penghujung 2004 itu adalah salah satu yang paling mematikan dalam sejarah. Dipicu gempa bawah laut, gelombang setinggi 9 hingga 30 meter menghantam daratan dalam hitungan menit. Membawa ratusan ribu korban jiwa.
Kini, Aceh kembali menghadapi ujian yang berat. Duka mendalam itu kembali terasa. Dan kata "Tsunami kedua" yang diucapkan sang gubernur, terdengar seperti jeritan hati dari tanah Serambi Mekah yang sedang terluka.
Artikel Terkait
Kepungan Banjir, 16 Warga Sibolga Diamankan Usai Jarah Minimarket
Pedagang Bengkulu Geruduk Balai Kota, Dedi yang Diteriakkan Bukan Gubernur Jabar
Warga Sibolga Ambil Bahan Makanan, BNPB Bantah Tuduhan Penjarahan
Dedi Mulyadi Ungkap Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan untuk Alih Fungsi Lahan