Ketua Umum Kowani, Nannie Hadi Tjahjanto, menyatakan bahwa mempermudah akses pendidikan bagi perempuan pedalaman adalah bagian integral dari upaya peningkatan kapasitas perempuan Indonesia secara keseluruhan.
Dr. Gaudensia Diana dari Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN) mengungkapkan posisi sentral dan strategis perempuan Dayak dalam masyarakat adat. Ia merekomendasikan pemberdayaan perempuan Dayak sebagai agen pendidikan di komunitasnya serta pengembangan model sekolah lapang yang mengajarkan nilai, tradisi, dan bahasa Dayak.
Misiyah dari Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL Perempuan) menyoroti data bias gender yang masih tinggi. Organisasinya melakukan pemberdayaan melalui penyelenggaraan sekolah perempuan yang fokus pada perspektif gender dan kepemimpinan.
Tantangan Global dan Kebijakan Nasional
Santosh Khatri dari UNESCO memaparkan bahwa meski angka partisipasi pendidikan perempuan Indonesia pada jenjang dasar hingga menengah cukup tinggi (97-99%), tantangan masih ada. Kesenjangan terlihat pada partisipasi perempuan di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) dan akses digital. Anak perempuan dari daerah berpendapatan rendah dan pedesaan masih menghadapi kesulitan besar.
Dr. Baharudin dari Kemendikdasmen RI menyatakan arah kebijakan pemerintah berfokus pada penghadiran pendidikan bermutu untuk semua. Prioritasnya meliputi penguatan literasi, numerasi, sains, teknologi, serta pengembangan SMK berbasis keunggulan wilayah. Saat ini, terdapat lebih dari 10.400 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai daerah.
Pendekatan yang Memerdekakan dan Berbasis Akar Rumput
Amelia Anggraini dari DPR RI menekankan bahwa layanan pendidikan bagi perempuan pedalaman harus menerapkan pendekatan yang memerdekakan. Selain kualitas teknis pembelajaran, aspek sosial dan ekonomi juga perlu diperkuat. Muatan lokal harus menjadi inti dari proses pembelajaran.
Sebuah pandangan dari perspektif jurnalistik mengingatkan bahwa peningkatan pendidikan harus berkelanjutan. Inisiatif akar rumput seperti "Perpustakaan Berkuda" yang membawa buku langsung ke kampung-kampung pedalaman, bersama dengan model "Sekolah Perempuan", dinilai perlu diperkuat dan diperbanyak untuk menjangkau mereka yang paling terpencil dan memastikan manfaat pendidikan bertahan lama.
Artikel Terkait
Ayah Pelaku Ledakan SMAN 72 Diperiksa Polisi, Ibu Masih di Luar Negeri
Kasus Ijazah Jokowi: Polda Metro Jaya Tetapkan 8 Tersangka, Ini Identitas dan Pasal yang Dijerat
Tragedi Job Fair Ghana: 6 Orang Tewas Terinjak-injak, Kronologi & Penyebab
CT ARSA Foundation Perkuat Pendidikan Indonesia dengan MoU Baru, Tandai 20 Tahun Memberdayakan Daerah Terpencil