Kelompok Houthi di Yaman kembali melakukan penangkapan. Kali ini, sepuluh staf lokal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi sasaran pada Kamis (18/12) waktu setempat. Aksi ini menambah panjang daftar penahanan yang dilakukan militan bersenjata itu terhadap pegawai badan dunia.
Sejatinya, gangguan terhadap pekerja PBB dan kemanusiaan oleh Houthi sudah berlangsung bertahun-tahun. Puluhan orang pernah mereka tahan. Tuduhannya nyaris selalu sama: menjadi mata-mata untuk Amerika Serikat dan Israel. Tuduhan serius itu bisa berujung hukuman mati di Yaman, meski PBB sudah berulang kali membantahnya dengan tegas.
Namun begitu, intensitas penangkapan seperti ini tampaknya meningkat. Puncaknya terjadi setelah perang Gaza meletus lebih dari dua tahun silam. Momentum lain yang krusial adalah serangan Israel Agustus lalu, yang menewaskan hampir separuh pemerintahan Houthi, termasuk perdana menterinya. Sejak peristiwa itu, tekanan terhadap pihak internasional di lapangan terasa makin kencang.
Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, memberikan konfirmasi resmi.
"Kami dapat mengonfirmasi penahanan sewenang-wenang hari ini terhadap 10 anggota staf PBB oleh otoritas de facto Houthi di Sanaa. Dengan ini, total tahanan PBB kini menjadi 69 orang," ujarnya, seperti dilaporkan Al Arabiya dan AFP, Jumat (19/12/2025).
Artikel Terkait
Pacarnya Putus, Pria di Bogor Tergantung Usai Ancam Bunuh Diri
Filsafat Kembali Menyapa: Jeda di Tengah Deru Zaman yang Tak Pasti
Pelepasan 1.035 Pekerja Migran Jadi Kick Off Program Quick Win Prabowo
KPK Amankan Kajari dan Uang Ratusan Juta dalam OTT di Kalsel