Memang, mendesak banget. Soalnya TPST Bantargebang diprediksi cuma sanggup nampung sampah untuk beberapa tahun ke depan saja. Makanya proyek ini penting banget.
Di sisi lain, proyek sulap sampah jadi listrik atau waste to energy (WTE) ini rencananya digarap oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Mereka berharap proyek semacam ini bisa menjawab persoalan sampah di banyak kota.
Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara Indonesia, Rohan Hafas, angkat bicara soal akar masalahnya. Dia bilang, berdasarkan data Bank Dunia, sekitar 60% sampah kita gagal dikelola dengan baik.
"Nah tadi Bank Dunia ya 60% (berakhir di jalanan dan selokan), 40% yang terolah. Dan selama ini kenapa masyarakat itu buang sampah, karena setiap di kampung, di rumahnya itu ada iuran mungut sampah kan, ada yang Rp 10 ribu ada yang Rp 15 ribu, tetapi banyak yang tidak mampu. Itulah makanya dia buang di sungai, dia buang di jalan," jelas Rohan dalam temu media di Wisma Danantara, Jakarta, akhir Oktober lalu.
Nah, buat dukung proyek WTE ini, pemerintah sendiri udah siapin beberapa regulasi. Misalnya, penyediaan lahan gratis, penghapusan tipping fee, sampai penetapan tarif listrik khusus sebesar 20 sen per kilowatt hour. Langkah-langkah ini diharapkan bisa bikin percepatan pembangunan PLTSa makin realistis.
Artikel Terkait
Bangkok Beri Syarat: Kamboja Harus Lebih Dulu Teken Gencatan Senjata
Kepala SPPG Turun ke Kelas, Gizi Tak Cuma di Piring tapi Juga di Papan Tulis
Gus Ipul Nyanyikan Salawat Bersama Anak-anak Korban Longsor Pidie Jaya
Indonesia Gagal Dapatkan Dukungan Global untuk Resolusi Karst di Sidang PBB