Namun begitu, keputusan untuk maju itu bukan tanpa beban. Ahmed sempat mengira dirinya akan tewas. Bahkan, dia sempat menyampaikan pesan terakhir untuk keluarganya, seandainya dia tidak selamat dari konfrontasi itu.
Jozay Alkanj, sepupu Ahmed, yang sedang minum kopi bersamanya saat kejadian, mengisahkan detik-detik menegangkan itu.
"Dia sangat ketakutan. Dia bilang, 'Saya akan mati'," tutur Alkanj.
"Kata-katanya persis seperti itu: 'Saya akan mati. Tolong temui keluarga saya dan katakan bahwa saya turun untuk menyelamatkan nyawa orang-orang.'"
Setelah mengucapkan itu, Ahmed pun maju.
Sepupu lainnya, Mostafa, menggambarkan suasana saat itu sungguh mencekam. "Ini gila. Kami bersembunyi di balik mobil. Kami melihat orang-orang itu... menembak sangat dekat dengan kami," kenangnya.
Ahmed terkena dua peluru di bagian atas bahu kirinya. Peluru itu akhirnya berhasil dikeluarkan melalui operasi di St George Hospital, di mana dia didampingi Mostafa dan kedua orangtuanya.
Sang ayah, yang berbicara dalam bahasa Arab di luar rumah sakit, memuji putranya dengan penuh haru. Dia menyebut Ahmed dalam keadaan baik saat dia temui sebelum operasi.
"Dia bilang, dia bersyukur kepada Tuhan karena mampu melakukan ini. Untuk membantu orang-orang tidak bersalah dan menyelamatkan mereka dari monster-monster itu, para pembunuh," kata ayah Ahmed.
"Dia adalah pahlawan."
Artikel Terkait
Tauhid Hamdi Bantah Kerugian Negara Capai Triliunan, Sebut Angka BPK Hanya Rp 596 Miliar
Prabowo Elus Perut Ibu Hamil Saat Menjenguk Korban Kecelakaan Sekolah
Yaqut Tutup Mulut Usai 8 Jam Diperiksa KPK Soal Kuota Haji
Gunungan Sampah di Ciputat dan Serpong Akhirnya Mulai Diangkut