"Di mana momen Nataru ini yang penting adalah satu alat sistem transportasi, baik darat, laut, maupun udara, karena mobilitas masyarakat akan tinggi. Baik untuk merayakan natal, liburan pulang kampung, atau liburan ke tempat wisata,"
ucap dia.
Tak cuma soal transportasi, ada hal lain yang juga mengkhawatirkan: kenaikan harga bahan pangan. Tito memperkirakan, permintaan yang melonjak akibat belanja untuk pesta dan syukuran bisa memicu inflasi. Karena itulah, stakeholder di bidang kesiapan pangan turut diundang dalam rapat ini.
"Untuk itu kita mengundang stakeholder di bidang kesiapan pangan,"
katanya singkat.
Aspek keamanan pun tak luput dari pembahasan. Tito dengan tegas menyatakan keinginannya agar tidak ada insiden yang merenggut korban jiwa saat perayaan. Ia bahkan menyebut contoh nyata yang tidak ingin terulang: tragedi Halloween di Seoul, Korea, beberapa tahun silam.
"Kemudian tentu ada dimensi keamanan, baik lalu lintas maupun yang berhubungan dengan bencana alam, tempat wisata ombaknya besar, kemudian udara buruk misalnya, juga kepadatan di titik-titik tahun baru seperti di Jakarta di Ancol, dan lain-lain. Kita tidak ingin terjadi peristiwa seperti di Seoul Korea pada saat terjadi Haloween beberapa tahun lalu, itu tidak diamankan dengan baik, tidak diantisipasi dengan baik,"
tegas Tito, menutup penjelasannya.
Artikel Terkait
Kewaspadaan Petugas Kebersihan Gagalkan Bencana Besar di RS Cipinang
Prabowo Tinjau Langsung Tapanuli Tengah, 66 Jiwa Melayang dan Ratusan Masih Hilang
Desember 2025, Libur Natal Panjang Siap Sambung ke Tahun Baru
Cirebon Siap Sambut Investor dengan Lima Janji Konkret