Indonesia Soroti Tujuh Isu Krusial di Penutupan COP30, Desak Komitmen Iklim Tak Sekadar Wacana

- Minggu, 23 November 2025 | 11:05 WIB
Indonesia Soroti Tujuh Isu Krusial di Penutupan COP30, Desak Komitmen Iklim Tak Sekadar Wacana

Lalu, untuk urusan adaptasi poin kelima Indonesia menyambut baik hasil GGA dan program kerja UEA-Belem. Hanya saja, mereka menekankan bahwa implementasinya harus bersifat sukarela dan tidak menghukum. Jangan sampai malah jadi beban baru bagi negara berkembang. Yang tak kalah penting: pendanaan adaptasi harus ditingkatkan signifikan. Negara maju didesak untuk melipatgandakan kontribusinya hingga minimal $120 miliar per tahun pada 2030. Soal kerugian dan kerusakan, fleksibilitas dalam mekanisme WIM diharapkan bisa memberi hasil yang lebih bermakna.

Poin keenam menyerukan reformasi besar pada arsitektur keuangan internasional. Indonesia menginginkan dukungan hibah yang terprediksi dan pendanaan iklim tahunan mencapai USD 1,3 triliun hingga 2035. Dari angka sebesar itu, sekitar USD 300 miliar harus dialokasikan khusus untuk negara berkembang.

Terakhir, isu kelautan tak luput dari perhatian.

"Indonesia menegaskan kembali dukungannya terhadap integrasi isu-isu terkait kelautan ke dalam negosiasi iklim," imbuh Ary. Ekosistem laut dinilai punya peran sentral, mulai dari menyerap karbon, melindungi kawasan pesisir, hingga menopang mata pencaharian berkelanjutan.

Sebagai penutup, Ary menyatakan kesiapan Indonesia untuk berkolaborasi. "Kami siap bekerja sama secara konstruktif dengan semua Pihak untuk memastikan hasil COP30 memberikan implementasi nyata bukan omong kosong," tutupnya. Itu berarti pendanaan, teknologi, dan penguatan kapasitas harus benar-benar bergerak, ketahanan dibangun, dan transisi yang adil diwujudkan tanpa meninggalkan satu pun negara atau komunitas tertinggal.


Halaman:

Komentar