Kalau dilihat secara visual, kondisi Semeru saat itu terlihat cukup jelas meski kadang tertutup kabut. Asap kawahnya sendiri tidak teramati. Cuaca dilaporkan mendung dengan angin yang bertiup lemah ke arah utara, tenggara, dan selatan.
Nah, soal status Awas ini, Yadi menjelaskan bahwa penetapannya sudah berlaku sejak Rabu (19/11) pukul 17.00 WIB. Alasannya jelas, karena ada peningkatan aktivitas yang signifikan. Menyikapi hal ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun mengeluarkan sejumlah imbauan keras.
Masyarakat diminta untuk sama sekali tidak beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan. Jaraknya cukup jauh, mencapai 20 kilometer dari puncak atau pusat erupsi. Bahkan, untuk mereka yang berada di luar jarak itu, tetap ada larangan beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Ini penting karena kawasan tersebut berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar yang bisa datang tiba-tiba.
PVMBG juga menegaskan agar tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari kawah. Daerah itu dianggap rawan bahaya lontaran batu pijar. Masyarakat diminta untuk terus mewaspadai ancaman awan panas, guguran lava, dan lahar yang bisa mengalir deras melalui sungai-sungai yang berhulu di puncak Semeru. Terutama sekali di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Potensi lahar juga mengintai di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. Situasinya benar-benar mengharuskan kewaspadaan maksimal dari semua pihak.
Artikel Terkait
Pekerja Gereja GIDI Motulen Ditemukan Tewas Dibacok di Yahukimo
Menteri Bosnia Kirim Helm Nazi ke Diplomat Jerman, Protes Keras Terhadap Campur Tangan Asing
Guru PPPK Ditemukan Tewas Terikat di Kontrakan Sumsel
Washington Batal Boikot, AS Putar Haluan Ikuti KTT G20 di Johannesburg