1. Hilangnya Keintiman dalam Pernikahan
Setelah mengalami kekerasan emosional, korban cenderung menarik diri dari pasangan karena rasa sakit dan kehilangan kepercayaan. Hubungan yang dulu penuh cinta berubah menjadi sekadar kebersamaan tanpa emosi.
2. Munculnya C-PTSD (Complex Post Traumatic Stress Disorder)
Kekerasan narsistik yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan C-PTSD. Trauma ini muncul karena korban terus-menerus mengalami tekanan dan manipulasi dalam jangka waktu lama.
3. Isolasi Sosial
Banyak korban kekerasan narsistik justru berusaha melindungi pasangannya dari pandangan negatif orang lain. Demi menjaga citra rumah tangga, mereka menampilkan kehidupan yang tampak sempurna di depan publik.
Cara Mengatasi Kekerasan Narsistik dalam Pernikahan
Langkah pertama untuk keluar dari kekerasan narsistik adalah menyadari bahwa hal itu memang terjadi. Mengenali tanda-tanda manipulasi, gaslighting, atau pelecehan verbal adalah langkah awal untuk melindungi diri.
Kesadaran ini juga menjadi kunci untuk mencari bantuan profesional dan memutus siklus kekerasan yang merusak. Luka emosional membutuhkan perhatian dan penyembuhan yang sama seriusnya dengan luka fisik.
Dengan memahami tanda-tanda kekerasan narsistik, diharapkan masyarakat lebih peka dan tidak meremehkan penderitaan yang terjadi di balik hubungan yang tampak bahagia. Pernikahan seharusnya menjadi ruang aman bagi dua jiwa, bukan tempat di mana cinta berubah menjadi kendali dan luka yang tak kasat mata.
Artikel Terkait
BNPT Ungkap 112 Anak Teradikalisasi, Game Online Jadi Pintu Masuk Baru
Kapolda DIY Minta Jajarannya Tak Baper dengan Komisi Reformasi Polri
Menasihati Penguasa di Depan Umum: Bolehkah atau Justru Wajib?
Tradisi Tahun Baru: Dari Konvoi Kembang Api hingga Doa Bersama Keluarga