Sementara di Nigeria, konflik menunjukkan pola serupa dengan dimensi religius yang lebih kompleks. Presiden Bola Ahmed Tinubu membantah tuduhan Donald Trump tentang pembunuhan umat Kristen, menegaskan bahwa kekerasan dilakukan kelompok teroris seperti Boko Haram, Al-Qaeda, dan ISIS yang menargetkan semua orang tanpa pandang agama.
Konteks Demografis dan Eksploitasi Konflik
Nigeria dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa merupakan mosaik demografis rumit dengan utara mayoritas Muslim dan selatan mayoritas Kristen. Narasi agama sering digunakan untuk membungkus konflik politik, ekonomi, dan etnis yang lebih mendasar.
Pendekatan Conflict Transformation untuk Perdamaian
Menurut perspektif conflict transformation John Paul Lederach, konflik di Nigeria membutuhkan transformasi sosial yang melibatkan aktor lokal, pemimpin agama, dan komunitas akar rumput. Ketidakadilan ekonomi dan korupsi menjadi bahan bakar ekstremisme, bukan sekadar ideologi agama.
Ekosistem Terorisme yang Kompleks
Baik di Mali maupun Nigeria, terorisme telah berevolusi menjadi ekosistem kompleks yang menggabungkan unsur agama, ekonomi, dan politik. Kedua kasus menunjukkan bagaimana kekerasan berakar dari structural violence atau ketidakadilan sistemik yang berlangsung lama.
Peran Komunitas Internasional dan Pendekatan Peacekeeping Plus
Komunitas internasional membutuhkan pendekatan peacekeeping plus yang menggabungkan operasi penjaga perdamaian, diplomasi negosiasi, dan pembangunan sosial. Uni Afrika, ECOWAS, dan PBB perlu menghidupkan mekanisme negosiasi multilateral untuk membuka jalur damai.
Membangun Kembali Kepercayaan Publik
Kunci keberhasilan perdamaian adalah membangun kembali kepercayaan publik terhadap negara. Pemerintah harus menunjukkan diri sebagai pelindung dan penyedia keadilan sosial, bukan sekadar kekuatan militer. Kebijakan berorientasi pembangunan manusia menjadi benteng terkuat melawan radikalisme.
Masa Depan Perdamaian Afrika Barat
Afrika Barat berada di persimpangan sejarah. Tanpa tindakan bijak komunitas internasional, Mali dan Nigeria dapat menjadi episentrum baru radikalisme global. Namun dengan kebijakan perdamaian berbasis negosiasi dan keadilan sosial, kawasan ini justru bisa menjadi model rekonstruksi pascakonflik dunia.
Artikel Terkait
Menteri Agama Gebrak: Tak Satu Izin Keluar Negeri Pakai APBN Saya Keluarkan
BNPB: Pembangunan Huntara dan Huntap Mulai Digarap di Tiga Provinsi Pascabencana
Ponsel Misterius dan Percakapan yang Hilang dalam OTT KPK di Bekasi
Ibadah Tetap Jalan, Meski Jalanan Masih Tergenang