Belajar dari Pesantren: Membangun Adab, Bukan Hanya Gedung
Sebuah pelajaran berharga datang dari Pesantren Al Khoziny. Banyak yang menggambarkannya dengan kalimat bijak: "Mereka gagal membangun gedung, tetapi sukses membangun adab." Ungkapan ini menjadi renungan mendalam bagi dunia pendidikan di Indonesia, terutama di momentum Hari Guru Nasional.
Filosofi ini terasa sangat relevan. Di era dimana banyak lembaga fokus pada fasilitas fisik, pesantren tradisional mengingatkan kita bahwa inti pendidikan sejati terletak pada pembentukan karakter dan akhlak mulia.
Pendidikan adalah Sistem: Hardware, Software, dan OS
Bayangkan pendidikan seperti sebuah sistem komputer canggih. Hardware-nya adalah gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, dan semua fasilitas fisik. Ini penting, tapi tidak berarti tanpa sistem operasi (OS) yang menggerakkannya.
Dalam konteks pendidikan, OS ini adalah adab, nilai-nilai, dan budaya yang menjadi jiwa dalam proses belajar mengajar. OS pendidikanlah yang membentuk siswa menjadi pribadi yang berpikir jernih, bersikap santun, dan bertanggung jawab. Fasilitas mewah tanpa nilai yang hidup hanya akan menjadi rutinitas kosong.
Peran Guru sebagai Developer Sistem Operasi
Jika sekolah adalah hardware dan siswa adalah penggunanya, maka guru adalah developer sistem operasinya. Guru tidak sekadar mentransfer ilmu, tetapi merancang sistem nilai yang menentukan cara berpikir dan bertindak siswa.
Guru yang efektif tidak hanya menambah "aplikasi" pengetahuan, tetapi juga:
- Memperbaiki "bug" kebiasaan buruk
- Menghapus "virus" karakter lemah
- Melakukan "update sistem" secara berkala
Artikel Terkait
Basreng Indonesia Ditarik di Taiwan: Penyebab, Aturan BPOM, dan Dampaknya
Utang Proyek Wuzz: Tanggung Jawab Pribadi atau Beban Negara?
Kunjungan Mendikbud & Gubernur DIY ke SRMA 20 Sleman: Bukti Perhatian Serius pada Pendidikan Karakter
Zohran Mamdani Pimpin Tim Transisi NYC, Semua Posisi Kunci Diisi Perempuan