Mengungkap Filosofi Prabu Jayabaya: Makna Sebenarnya di Balik Ramalan Jangka Jayabaya

- Kamis, 06 November 2025 | 08:00 WIB
Mengungkap Filosofi Prabu Jayabaya: Makna Sebenarnya di Balik Ramalan Jangka Jayabaya

Mengenal Prabu Jayabaya: Filsafat dan Makna Jangka Jayabaya yang Sesungguhnya

Melanjutkan pembahasan tentang Kediri yang sebelumnya membahas mitos "Kota Lengser" dan Sungai Brantas, seri ini mengupas sosok legendaris Prabu Jayabaya. Raja Kediri ini terkenal dengan ramalan Jangka Jayabaya, namun di balik itu tersimpan kearifan filosofis yang mendalam tentang kehidupan, kekuasaan, dan peradaban.

Siapa Prabu Jayabaya? Lebih dari Sekadar Peramal

Prabu Jayabaya adalah salah satu raja paling berpengaruh dari Kerajaan Kadiri. Namanya abadi dalam sejarah Jawa Kuno berkat pemikiran visionernya. Meski dikenal luas melalui ramalan Jangka Jayabaya, esensi ajarannya justru terletak pada pemahaman reflektif tentang tatanan dunia, manusia, dan spiritualitas. Jayabaya bukan hanya pemimpin politik, melainkan simbol peradaban yang berlandaskan kesadaran spiritual.

Jangka Jayabaya: Refleksi Filosofis, Bukan Ramalan Harfiah

Jangka Jayabaya sering disalahartikan sebagai kitab ramalan masa depan. Padahal, teks ini lebih tepat dipahami sebagai renungan sosial dan moral. Setiap bait dalam Jangka Jayabaya mengandung teguran terhadap keserakahan, kehilangan spiritualitas, dan kerusakan moral manusia. Tulisan ini menggunakan bahasa simbolik Jawa sebagai bentuk kritik sosial yang dibungkus metafora.

Istilah seperti "jaman kalabendu" (masa kebingungan) bukan sekadar nubuat, melainkan cermin zaman di mana manusia lupa pada nilai kemanusiaannya. Penelitian modern, termasuk karya Haryono Haryoguritno (2008), menafsirkan Jangka Jayabaya sebagai siklus kesadaran - dari kejatuhan moral (Kalabendu) menuju pembaruan spiritual (Tibaning Wahyu).

Kearifan Lokal Jawa: Menyatukan Spiritualitas dan Rasionalitas

Pemahaman Jangka Jayabaya memerlukan pendekatan khas Jawa yang menyatukan mistisisme dan logika dalam "ngelmu rasa" - pengetahuan dari kesadaran batin. Jayabaya mengajarkan bahwa kebenaran tidak hanya diraih melalui akal semata, tetapi juga melalui intuisi spiritual. Dalam filosofinya, spiritualitas dan nalar adalah dua sayap yang membuat manusia mampu memahami realitas secara utuh.

Konsep "jangka" sendiri berasal dari kata "jangkah" yang berarti langkah atau rentang waktu. Dengan demikian, Jangka Jayabaya dapat dimaknai sebagai langkah-langkah peradaban manusia menuju kebijaksanaan.


Halaman:

Komentar