Mengungkap Filosofi Prabu Jayabaya: Makna Sebenarnya di Balik Ramalan Jangka Jayabaya

- Kamis, 06 November 2025 | 08:00 WIB
Mengungkap Filosofi Prabu Jayabaya: Makna Sebenarnya di Balik Ramalan Jangka Jayabaya

Kepemimpinan Visioner Prabu Jayabaya di Kerajaan Kadiri

Prabu Jayabaya mempraktikkan kepemimpinan yang berbasis kebijaksanaan (pradnyan). Ia dikenal sering menyamar turun ke desa-desa untuk mendengar langsung keluhan rakyatnya. Dalam pengelolaan kerajaan, setiap kebijakan diukur dari dampak jangka panjang terhadap harmoni masyarakat, bukan keuntungan sesaat.

Di masa pemerintahannya, Kadiri menjadi pusat intelektual dengan memberi ruang bagi para pujangga, pendeta, dan cendekia untuk berkarya. Konsep kepemimpinan Jayabaya memandang kekuasaan sebagai amanah spiritual, di mana raja harus menjadi teladan kebijaksanaan (titising dewa dalam makna etis).

Warisan Abadi Jayabaya untuk Kediri Modern

Warisan terpenting Prabu Jayabaya bukan pada ramalannya, melainkan pada nilai-nilai kearifannya. Dua prinsip utamanya - "eling lan waspada" - tetap relevan hingga kini. "Eling" berarti kesadaran akan hakikat hidup, sementara "waspada" berarti kewaspadaan terhadap keserakahan dan kelalaian.

Dalam konteks modern, prinsip ini dapat diterapkan sebagai kesadaran ekologis dan sosial. Ketika Kediri membangun kota dengan menata Sungai Brantas dan memperkuat solidaritas masyarakat, ia sebenarnya melanjutkan semangat Jayabaya tentang peradaban yang seimbang.

Kediri: Kota Refleksi dan Kearifan

Melalui warisan Prabu Jayabaya, Kediri menegaskan identitasnya sebagai kota yang berakar pada kearifan lokal. Mitos "Kota Lengser" terbantahkan dengan melihat kedalaman reflektif warisan Jayabaya. Kediri modern bukan sekadar kota industri, melainkan kota refleksi yang membangun masa depan dengan kesadaran sejarah dan spiritualitas.

Dengan memahami filosofi Jayabaya, Kediri terus menulis ulang peradabannya - tetap tenang, jernih, dan bijak di tengah arus modernisasi.


Halaman:

Komentar