Uni Lubis menyoroti bahwa langkah Fadli Zon sejalan dengan upaya menonjolkan kembali peran Soeharto. "Apa yang dilakukan Fadli Zon sekarang seperti menulis ulang buku ala Orde Baru," ujarnya.
Menurut Uni Lubis, proyek yang rencananya diluncurkan untuk peringatan 80 tahun kemerdekaan itu dikemas sebagai hadiah kemerdekaan, namun isinya merupakan romantisasi Orde Baru. Ia mengingatkan bahwa pada masa Orde Baru, sejarah digunakan untuk menguatkan legitimasi kekuasaan.
Rekomendasi Alternatif dan Isu yang Terabaikan
Bonnie Triyana menyarankan agar dana besar yang dialokasikan untuk proyek ini seharusnya digunakan untuk memperkuat literasi publik melalui museum dan riset. Dia juga menyoroti hilangnya kisah penting seperti Konferensi Asia-Afrika dan peran perempuan dalam rancangan buku sejarah nasional.
"Ini bukan sekadar soal fakta, tetapi ideologi. Sejarah kembali ditulis dari sudut pandang penguasa," tutur Bonnie, menekankan bahwa proyek ini berpotensi mengulang narasi Orde Baru untuk melegitimasi figur Soeharto dan mengabaikan kompleksitas sejarah.
Uni Lubis menambahkan, "Masalahnya, sejarah bukan hanya tentang yang baik. Pengalaman kelam bangsa juga bagian penting yang harus diakui," menegaskan pentingnya perspektif seimbang dalam penulisan sejarah Indonesia.
Artikel Terkait
UMY Bebaskan Biaya Kuliah dan Beri Santunan untuk Mahasiswa Korban Bencana Sumatera
Power Rangers Antar Makan Bergizi, Ide Unik BGN untuk Semangatkan Siswa
Pelaku Penembakan Brown dan MIT Ditemukan Tewas Bunuh Diri
JK Tinjau Langsung Kerusakan Masjid dan Posko Pengungsi di Bener Meriah