Pemerintah China kembali menegaskan komitmennya untuk tidak mengesampingkan opsi militer terhadap Taiwan. Pernyataan tegas ini menunjukkan posisi Beijing yang lebih keras dibandingkan pemberitaan media pemerintah beberapa hari sebelumnya yang menjanjikan pendekatan lunak jika Taiwan bersatu dengan China.
China secara konsisten menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya dan mempertahankan hak untuk menggunakan kekerasan guna mencapai tujuan reunifikasi. Kebijakan ini jarang diungkapkan secara terbuka kepada publik dan tidak tercantum dalam tiga artikel terbaru kantor berita Xinhua yang membahas Taiwan.
Juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, Peng Qing'en, menegaskan dalam konferensi pers di Beijing bahwa reunifikasi damai di bawah model "satu negara, dua sistem" tetap menjadi pendekatan utama. "Kami bersedia menciptakan ruang yang luas untuk reunifikasi damai dan akan berupaya semaksimal mungkin dengan ketulusan terbesar," ujarnya.
Namun Peng dengan jelas menambahkan, "Kami sama sekali tidak akan meninggalkan penggunaan kekerasan dan tetap memiliki opsi untuk mengambil semua langkah yang diperlukan." Pernyataan ini kontras dengan pidato pejabat tinggi China Wang Huning yang lebih fokus pada manfaat reunifikasi tanpa menyebut ancaman militer.
Artikel Terkait
22 Luka Tusuk dan Kisah Pilu Bocah 9 Tahun di Rumah Politikus Cilegon
Data Menggunung, Tata Kelola Tercecer: Dilema Harta Karun Digital Indonesia
Tuntutan Dipangkas, Kakek 75 Tahun Menangis di Kursi Pesakitan
Megawati Murka: Buzzer hingga Bantuan Mi Instan Dikecam di Tengah Kisah Lapangan