Landasan Spiritual dan Moral Diplomasi Indonesia
Diplomasi Indonesia mencerminkan semangat ishlah dzat al-bain - rekonsiliasi dan perbaikan hubungan antar manusia. Sebuah hadis Rasulullah ﷺ menegaskan: "Maukah kalian aku kabarkan tentang sesuatu yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat, dan sedekah? Hal itu adalah mendamaikan persengketaan di antara manusia." (HR. Abu Dawud No. 4919)
Nilai ini menjadi fondasi diplomasi Indonesia: memperbaiki hubungan, meredakan ketegangan, dan memulihkan kepercayaan antar bangsa.
Perdamaian sebagai Proses Aktif dan Berkelanjutan
Buku "War and Peace in Islam" menegaskan bahwa perdamaian bukan sekadar ketiadaan perang. Perdamaian adalah keadaan aktif yang menuntut keadilan, kepercayaan, dan perbaikan berkelanjutan antar bangsa. Pandangan ini selaras dengan kesimpulan Durant bahwa dalam perjalanan panjang peradaban manusia, perdamaian terbukti lebih membangun dan menguntungkan bagi kemajuan manusia.
Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Aksi
Presiden Prabowo Subianto memahami bahwa kekuatan sejati tidak diukur dari banyaknya perang yang dimenangkan, melainkan dari lamanya perdamaian dapat dijaga. Indonesia menjalankan politik luar negeri bebas aktif dengan prinsip: bebas dalam menentukan sikap moralnya dan aktif dalam menyebarkan manfaat bagi dunia.
Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya menjaga kepentingan nasionalnya, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dan stabilitas global.
Artikel Terkait
Banjir Kemang Jakarta Belum Surut, Damkar Evakuasi Karyawan Kantor Terkepung
Cegah Bunuh Diri pada Anak: Peran Resiliensi dan Kelekatan Emosional Menurut KPAI
Banjir Bandang Garut Rendam Ratusan Rumah, Ini Penyebab dan Dampaknya
Analisis Dampak Politik: Prabowo Hadir di Kongres Projo 2025?