Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza setelah tuduhan pelanggaran kesepakatan gencatan senjata oleh Hamas. Instruksi ini dikeluarkan menyusul pengembalian jenazah sandera Israel ke-16 yang dianggap melanggar ketentuan perjanjian.
Kantor Perdana Menteri Netanyahu mengonfirmasi melalui pernyataan resmi: "Setelah konsultasi keamanan, Perdana Menteri Netanyahu menginstruksikan militer untuk segera melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza." Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai operasi militer yang direncanakan.
Krisis ini dipicu oleh pengembalian jenazah sandera Israel oleh Hamas pada Senin malam (27/10). Dari total 28 sandera yang disepakati dalam gencatan senjata 10 Oktober 2025, jenazah ke-16 yang dikembalikan diidentifikasi sebagai Ofir Tzarfati melalui pemeriksaan forensik Israel.
Tzarfati tercatat sebagai sandera Israel yang tewas dalam operasi militer Israel di Gaza dua tahun sebelumnya. Jasadnya sebelumnya telah berhasil dipulangkan ke Israel.
Pemerintah Israel menegaskan bahwa Hamas telah melanggar kesepakatan dengan mengembalikan jenazah yang bukan merupakan sandera baru. Shosh Bedrosian, juru bicara pemerintah Israel, menyatakan Hamas akan menghadapi konsekuensi atas tindakan tersebut, dengan koordinasi terlebih dahulu bersama Presiden AS Donald Trump.
Artikel Terkait
Soeharto & Gus Dur Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional 2025, Ini Syarat yang Akhirnya Terpenuhi
Korea Utara Uji Rudal Jelajah Saat Trump Tiba: Ada Apa di Balik Ketidakhadiran Kim Jong Un?
Jessica Wuysang Pimpin PFI Pontianak: Apa Strategi Barunya untuk Fotografer?
Gaza Berduka: 50 Tewas, 22 Anak Jadi Korban Serangan Mengerikan di Tenda Pengungsi