Hegemoni Jokowi Masih Terlalu Kuat? Analisis Politik Hukum dan Ekonomi
Damai Hari Lubis
Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)
Hegemoni politik Jokowi dinilai masih sangat kuat. Hal ini terlihat dari pesan politik transparan yang disampaikannya kepada para pendukung untuk mengawal pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka hingga dua periode kepemimpinan. Pesan ini mengindikasikan kekuatan Jokowi dari perspektif politik hukum dan politik ekonomi Indonesia.
Politik Hukum: Dominasi Jokowi di Arena Kekuasaan
Pesan politik Jokowi mengandung instruksi tegas kepada seluruh anggota partai di Senayan, termasuk utusan daerah, untuk mengawal dan menyelamatkan kursi Wakil Presiden Gibran Rakabuming hingga akhir masa jabatannya.
Lebih dari itu, pesan politik Jokowi juga dianggap prematur dan menyimpang dari undang-undang pemilu karena secara terbuka menginstruksikan partai-partai politik untuk memberikan tiket kepada Gibran pada Pilpres 2029-2034. Kesan yang muncul adalah adanya upaya mendikte Presiden terpilih untuk berpasangan kembali dengan Gibran dalam pemilu mendatang.
Namun, mengingat gaya komunikasi Jokowi yang sering menggunakan teori kebalikan, prediksi alternatif muncul bahwa pesan sebenarnya adalah "Gibran harus menggantikan Presiden dalam jangka 2 tahun".
Artikel Terkait
Dahnil Bongkar Potensi Kebocoran Dana Haji Rp 5 T: Bukan Anggaran, Tapi Ini Fakta di Baliknya
Ginanjar Wahyu Hancurkan Persijap! Gol Kilat Ini Bawa Bhayangkara Presisi Lampung FC Menang 1-0
Warga Surabaya Wajib Tahu! Pasang Tenda di Jalan Bisa Kena Denda Rp 50 Juta, Ini Aturannya
Netanyahu Berani Tega: Israel Tak Butuh Izin Siapa Pun untuk Serang Gaza dan Lebanon