2. Komponen Bunga Pinjaman yang Menguntungkan China
China menawarkan bunga pinjaman 2% per tahun, sementara Jepang hanya 0,1% per tahun. Dengan pembiayaan utang 4,5 miliar dolar AS (75% dari nilai proyek), bunga pinjaman proyek China mencapai 90 juta dolar AS per tahun, 20 kali lipat lebih tinggi dari Jepang yang hanya 4,5 juta dolar AS per tahun.
Dalam 10 tahun grace period, total bunga pinjaman China mencapai 900 juta dolar AS, sementara Jepang hanya 45 juta dolar AS. Jika komponen bunga dimasukkan dalam evaluasi finansial, penawaran China seharusnya lebih mahal dari Jepang.
3. Pembengkakan Biaya yang Tidak Wajar
Biaya proyek membengkak 1,2 miliar dolar AS menjadi total 7,22 miliar dolar AS. Pembengkakan 20% ini tidak normal mengingat proyek infrastruktur seharusnya bersifat turnkey (fixed price). Cost overrun seharusnya ditanggung kontraktor China, bukan dibebankan kepada proyek.
Lebih parah lagi, 75% pembiayaan utang dari cost overrun dikenakan bunga 3,4% per tahun, 34 kali lipat dari bunga Jepang. Total bunga pinjaman proyek kini mencapai 120,6 juta dolar AS per tahun.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, KPK harus segera menyelidiki dugaan markup dan korupsi dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Masyarakat menuntut keadilan dan transparansi dalam pengelolaan proyek strategis nasional ini.
Artikel Terkait
Pengamat Ungkap Rahasia Kinerja Seskab Teddy Masuk 5 Besar Kabinet, Apa Kuncinya?
AS Berpaling? Dukungan untuk Palestina Tembus Rekor, Ini Alasannya!
Rp112 T, Jarak 15x Lebih Panjang: Proyek Kereta Cepat Saudi Bikin Whoosh Terlihat Seperti Apa?
Bintang Toedjoe & WHO: Kisah Jahe Merah Lokal yang Mendunia