Kajian Politik Buzzer Tikus di Kabinet: Analisis dan Kritik
JAKARTASATU.COM—Kajian Politik Merah Putih menggelar pertemuan darurat untuk membahas isu buzzer di dalam Kabinet Merah Putih. Pertemuan ini digelar pada Rabu, 22 Oktober 2025, menanggapi permintaan mahasiswa yang tengah mempelajari politik kontemporer.
Dalam keterangannya pada Kamis, 23 Oktober 2025, Sutoyo Abadi mengungkapkan bahwa para mahasiswa meminta dibahasnya fenomena "buzzer tikus telah menguasai Kabinet Merah Putih." Sutoyo mengaku merasakan ketegangan mengenai arah diskusi yang akan berlangsung.
Analogi Buzzer dan Sifat Tikus
Sutoyo memaparkan bahwa apa yang ditemukan mahasiswa memiliki kemiripan dengan sifat tikus, yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi, daya ingat kuat, dan daya tahan fisik yang baik. "Mereka persis seperti buzzer yang sedang berkembang biak di Indonesia. Mereka adalah hewan sosial yang hidup dalam komunitas, membentuk ikatan yang kuat, berkomunikasi melalui suara dan sentuhan, bekerja sama dan saling menjaga satu sama lain," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan, "Buzzer tikus buta warna dan memiliki penglihatan yang buruk dalam cahaya terang, tetapi mampu melihat dan bekerja dalam keadaan situasi gelap."
Transformasi Buzzer Tikus di Lingkaran Kekuasaan
Menurut Sutoyo, tikus jenis ini telah banyak menjelma menjadi menteri, anggota dewan, intelektual tukang, kritikus jalanan, pegiat survei pesanan, dan penjilat laten. Mereka dikatakan mencari posisinya masing-masing dan mengais remah-remah dengan analisis apa pun untuk bisa hidup di bawah "Bos Tikus" yang menjadi junjungannya.
"Kelompok intelektual tikus selama ini suka berdasi, baru dipakai setelah turun dari ojek dan masuk ruang pertemuan seolah baru turun dari jet pribadinya," kata Sutoyo.
Ilusi Kekuatan dan Realita Kebobrokan
Sutoyo juga mengkritik ilusi kekuatan yang ditampilkan. Saat membuka laptop sewaan, mereka langsung menampilkan rancangan kerja yang mendeskripsikan Bos Tikusnya sebagai kekuatan global. Di forum internasional, pidato-pidato dengan judul seperti "Indonesia Emas" ditampilkan, menciptakan gambaran Indonesia sebagai kekuatan geopolitik dunia.
Ia menilai terlalu banyak pejabat negara yang terlanjur buta, bisu, dan tuli, tidak menyadari bahwa di muka bumi ini sudah tidak ada tempat bersembunyi. Kehebatan, lanjutnya, hanya bersembunyi di balik angka-angka survei atau statistik yang mudah dimodifikasi sesuai pesanan penguasa.
Artikel Terkait
Sarjana Dijadikan Magang? Ini Alasan Buruh Menolak!
Anthony Budiawan Bongkar Skandal Korupsi Kereta Cepat: Ini Modus dan Dalang yang Dilaporkan ke KPK!
Anthony Budiawan Bongkar Skandal Korupsi Kereta Cepat! Ini yang Dilaporkan ke KPK
Korban hingga Sekolah Tutup, Ini Dampak Banjir Pantura yang Melumpuhkan Semarang