Kontes Popularitas di Politik Indonesia: Fenomena dan Dampaknya
Politik Indonesia saat ini tidak hanya tentang kepintaran, kebijakan, atau penampilan fisik. Lebih dari itu, politik telah berubah menjadi kontes popularitas (popularity contest). Seorang politisi bisa saja tidak memiliki wajah rupawan, kecerdasan brilian, atau agenda yang jelas, namun tetap meraih popularitas tinggi.
Media Sosial dan Dampaknya pada Popularitas Politikus
Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk popularitas politisi. Hal-hal yang bersifat dangkal dan tidak substansial justru sering kali menjadi penentu kemenangan dalam kontes kepopuleran. Bahkan, tindakan yang dianggap tidak bermoral atau kontroversial dapat meningkatkan popularitas seorang politisi.
Strategi Politik: Dari Joget Gemoy hingga Konsultan Eropa Timur
Contoh nyata adalah fenomena "joget gemoy" yang berhasil membawa seseorang menjadi presiden. Gerakan ini bukanlah hal yang spontan, melainkan hasil koreografi dan studi mendalam tentang kebiasaan masyarakat Indonesia, khususnya di media sosial. Konon, strategi ini dikembangkan oleh konsultan politik dari Eropa Timur yang juga berhasil membawa BongBong Marcos Jr. ke tampuk kekuasaan di Filipina.
Popularitas dan Logistik: Kombinasi Kemenangan Politik
Popularitas saja tidak cukup untuk memenangkan pemilu. Faktor logistik juga memegang peran penting. Kombinasi antara popularitas dan logistik dapat memberikan angka persetujuan hingga 58%, seperti yang terlihat dalam rating pemerintahan saat ini.
Artikel Terkait
Cara Cek NIK KTP Penerima Bansos 2024: BLT, BNPT, PKH, Semua Ada di Sini!
Buzzer Bayaran di Balik Kabinet: Siapa Dalangnya?
Kepala SPPG Bekasi Dilaporkan Melecehkan Bawahannya: Dia Pegang-Pegang Sambil Pojokin Saya!
Jokowi Diadili? Muslim Arbi Desak KPK & Kejaksaan Beri Keadilan untuk Rakyat!