Pertemuan Ahmad al-Sharaa dengan Putin di Moscow: Diplomasi atau Pengkhianatan?
Bagi yang biasa menilai politik dari foto dan headline, pertemuan Ahmad al-Sharaa (Al Jaulani) dengan Vladimir Putin di Moscow pasti membingungkan. Tuduhan sebelumnya yang menyematkan label "antek Amerika" dan "proxy Zionis" kepadanya kini dihadapkan pada realitas diplomasi yang kompleks.
Dari Tuduhan "Antek Amerika" ke Pertemuan dengan Rusia
Sebelumnya, Ahmad al-Sharaa dituduh sebagai "antek Amerika" dan "proxy Zionis" hanya karena ia tampil di hadapan Donald Trump untuk membahas pencabutan sanksi dan membuka jalur diplomatik baru. Tuduhan itu datang dari berbagai arah: kubu pro-Iran, simpatisan Syiah, bahkan sebagian kalangan umat Islam sendiri.
Namun hari ini, al-Sharaa berdiri di Moscow, bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagai pemimpin negara besar anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Putin adalah pemain utama dalam konflik Suriah. Pertanyaan yang muncul: apakah setelah ini ia akan kembali dituduh sebagai antek Rusia?
Memahami Hakikat Diplomasi dan Strategi Politik
Inilah penyakit mereka yang tidak memahami hakikat diplomasi dan strategi politik. Bagi mereka, setiap pertemuan adalah tanda persekongkolan; setiap foto adalah bukti pengkhianatan. Padahal, dunia politik tidak sesederhana warna hitam dan putih.
Yang diperjuangkan al-Sharaa bukan soal kedekatan pribadi atau kepentingan kelompok. Ia sedang memikul nasib sebuah bangsa - nasib umat Islam di Suriah, yang kini tengah menata kembali negeri yang hancur akibat perang panjang, pecahnya wilayah, dan sistem yang rusak karena ulah rezim Assad.
Artikel Terkait
Ditpolairud Lampung Gelar Salat Gaib untuk Korban Bencana di Tengah Perayaan HUT
28 Dapur Umum Siap Saji 100 Ribu Porsi Harian untuk Korban Banjir Sumatera
Dedi Mulyadi Serukan Solidaritas Jabar untuk Korban Bencana Sumatera
Jembatan Kuta Blang Ambruk Diterjang Banjir, Akses Bireuen-Aceh Utara Lumpuh Total