Ekonom Ferry Latuhihin menyampaikan peringatan keras terkait kondisi Perekonomian Indonesia.
Setelah prediksinya tentang gejolak sosial (social unrest) terbukti, kini ia memperingatkan adanya ancaman resesi ekonomi yang membayangi pada kuartal ketiga tahun 2026.
Dalam diskusi di kanal YouTube Rhenald Kasali, Jumat (3/10/2025), Ferry menyebut fondasi ekonomi nasional sedang terancam oleh serangkaian kebijakan yang ia sebut sebagai 'Koplaknomics'—kebijakan ekonomi yang serampangan dan tidak terukur.
Salah satu kritik paling tajam ditujukan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ferry menilai program ini sebagai kebijakan 'ultra populis' yang berpotensi menjadi pemborosan anggaran negara secara masif.
"Kebijakan ini sangat berbeda dengan rezim sebelumnya, sangat ultra populis, menghabiskan uang for nothing," ujar Latuhihin.
Ia menyoroti anggaran MBG yang mencapai Rp300-an triliun.
Menurutnya, angka ini sangat tidak efisien, padahal hanya dibutuhkan sekitar Rp5 triliun untuk menyasar langsung masyarakat yang benar-benar membutuhkan, terutama di daerah tertinggal.
Kritik juga menyasar implementasi program yang dinilai tidak siap, mulai dari kasus keracunan hingga sanitasi buruk.
"Ini adalah kekhawatiran dari banyak orang. Dan seperti pesan presiden, jangan dipolitisasi karena ini adalah masalah besar, ini adalah program besar. Kita semua setuju. Tetapi kita harus ukur dampak ekonominya," tambahnya.
Tabungan Ambles, Pinjol Meroket
Kekhawatiran Ferry didukung serangkaian data ekonomi yang mengkhawatirkan.
Ia memaparkan bahwa tabungan masyarakat kelas menengah menurun drastis dari 3 juta orang pada 2019 menjadi 1,2 juta, dan diprediksi akan habis tahun ini.
Fenomena ini diperkuat dengan lonjakan aktivitas pinjaman online (pinjol) dan omzet pegadaian yang naik tajam, mengindikasikan tekanan ekonomi yang serius pada masyarakat.
Revisi defisit anggaran yang naik menjadi 2,68% dan pelemahan Rupiah menjadi indikator bahwa ekonomi Indonesia berada dalam situasi 'Squid Game'.
Kondisi ini membuatnya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh angka negatif pada Q3 2026—sebuah skenario resesi yang bertolak belakang dengan proyeksi optimistis pemerintah.
Ticking Time Bomb
Lebih jauh, Latuhihin mengkritisi program lain seperti perluasan Kodam dan Koperasi Merah Putih (KMP) yang dinilainya lebih bernuansa 'proyek politik' ketimbang proyek ekonomi yang produktif.
"Ini semua proyek politik, bukan proyek-proyek yang memang benar-benar untuk menangani ekonomi," katanya.
Menurutnya, iklim kebijakan saat ini membuat pengusaha—yang seharusnya menjadi motor penciptaan lapangan kerja—merasa tidak nyaman.
Konsekuensi paling serius dari kondisi ini, menurut Ferry, adalah ancaman bagi generasi muda.
"Kaum muda menjadi tidak bisa dapat pekerjaan. Ini adalah ticking time bomb," katanya.
Ia juga menggarisbawahi potensi bahaya dari bonus demografi yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap angkatan kerja baru.
Sumber: suara
Foto: Ekonom Ferry Latuhihin memeridiksi resesi 2026. (tangkapan layar/Youtube Prof. Rhenald Kasali)
Artikel Terkait
Warganet Lebih Percaya Purbaya Ketimbang Bahlil
Nama Ryamizard Diseret dalam Persoalan Hukum Satelit Navayo
Dolar Diramal Tembus Rp 20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan Bakar Uang Menkeu
Rocky Gerung Spill Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Baasyir