GEGER! 4 Jenderal TNI Geruduk Polda Metro Jaya: Ada Temuan Dugaan Pidana, Kami Akan Seret Ferry Irwandi ke Ranah Hukum

- Senin, 08 September 2025 | 21:45 WIB
GEGER! 4 Jenderal TNI Geruduk Polda Metro Jaya: Ada Temuan Dugaan Pidana, Kami Akan Seret Ferry Irwandi ke Ranah Hukum




MURIANETWORK.COM - Belakangan nama Ferry Irwandi jadi sorotan publik setelah vokal menyuarakan tuntutan rakyat kepada pemerintah.


Kehadirannya saat maraknya demo terjadi bak menjadi role model bagi sebagian kalangan anak muda karena dinilai berani bersuara.


Namun, pasca demo pecah tuntutan rakyat itu pecah, Ferry Irwandi influencer itu juga disorot diduga terseret tindak pidana.


Hal ini diungkap oleh Brigadir Jenderal TNI (Brigjen TNI) Juinta Omboh Sembiring.


Brigjen Juinta mengungkap adanya dugaan tindak pidana yang menyeret Ferry Irwandi.


Diketahui Juinta Omboh Sembiring disorot karena mendadak mendatangi Polda Metro Jaya, pada Senin (8/9/2025).


Juinta menjelaskan, kedatangannya ke Polda Metro Jaya adalah untuk berkonsultasi terkait hasil temuan patroli siber.


"Kehadiran kami di Polda Metro Jaya Selain bersilauturahmi dengan sahabat-sahabat kami, teman-teman kami yang ada di sini," kata Juinta kepada wartawan, Senin (8/9/2025).


"Kami juga tadi telah melakukan konsultasi dengan saudara-saudara kami di Polda Metro Jaya. Konsultasi kami ini terkait dengan kami menemukan hasil dari patroli siber," sambungnya.


Juinta mengungkapkan, hasil patroli siber menemukan adanya dugaan tindak pidana yang dilakukan aktivis sekaligus CEO Malaka Project Ferry Irwandi.


"Kami temukan beberapa fakta-fakta dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh saudara Ferry Irwandi." katanya.


"Saya ulangi, kami menemukan beberapa fakta-fakta dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh saudara Ferry Irwandi," ungkap Jenderal TNI Bintang satu itu.


Nantinya, ia menyebut TNI bakal menempuh upaya hukum terkait temuan dugaan tindak pidana tersebut.


"Selanjutnya, sebagai warga negara yang taat dengan hukum, kami tentunya mengedepankan hukum. Sehingga atas dugaan tindak pidana tersebut, jami akan melakukan langkah-langkah hukum," ujar dia.


Namun, ia belum menjelaskan secara detail dugaan tindak pidana yang dilakukan Ferry Irwandi.


"Nanti kan ada penyidikan, nanti biar kita lanjutkan," ucap Juinta.


👇👇



Ferry Irwandi Bongkar Otak Demo Rusuh




Diberitakan sebelumnya, Pegiat media sosial yang juga aktivis Ferry Irwandi mengungkapkan bukan hal yang terlalu sulit bagi pihak polisi atau pihak berwenang untuk mengetahui siapa dalang dibalik demo anarkis atau demo rusuh yang terjadi belakangan ini.


Menurut Ferry Irwandi ketika melihat semua aksi demo anarkis ini, kita semua mesti melihat 'elephant in the room' nya dahulu.


"Kalau kita bertanya siapa mereka, makanya balik lagi ketika kita melihat semua masalah nih, kita ngelihat elephant in the room' nya dahulu. Sebelum kita ngomong teori, tentu kita sudah bosan dengan semua teori konspirasi dan semua cocoklogi yang ada kan. Setuju enggak teman-teman? Kita melihat fakta di lapangan dulu nih," kata Ferry dalam acara Rakyat Bersuara di Inews TV, bertajuk Aksi Massa, Siapa Berada di Baliknya? Selasa (2/9/2025).

 

Elephant in the room yang dimaksud Ferry adalah ungkapan metaforis yang berarti isu, masalah, atau topik penting yang jelas dan disadari semua orang, namun tidak ada yang berani atau ingin membicarakannya karena sensitif, tidak nyaman, atau kontroversial.


"Makanya ketika kita berpikir dengan benar, berpikir dengan teknokratik, berpikir dengan akademik, tentu identify the problem dulu baru ketemu solusi. Jangan langsung jump to conclusion. Oke," kata Ferry.


Ia mengungkapkan untuk mengungkap siapa dibalik demo anarkis bisa kembali melihat ke tanggal 25 Agustus 2025 dimana demonstrasi dengan tuntutan bubarkan DPR pertama kali direncanakan.


"Nah, sekarang kita tarik tanggal 25, itu kan gampang. Sekarang BIN sudah punya semua tools-nya. Sekarang pemerintah punya semua tools-nya untuk mencari tahu dari mana sumber api ini mulai. Segitu gampang sebenarnya. Kalau memang diniatkan, kalau memang butuh bantuan ya kita lakukan. Kita bantu untuk cari tahu," ujar Ferry.


Namun Ferry mempertanyakan apakah pemerintah benar-benar diniatkan untuk mencari tahu siapa dalang dibalik aksi demo rusuh ini? 


Karenanya kata Ferry pemerintah baiknya jangan terus berpikir bahwa demo rusuh ini adalah serangan eksternal.


Karena, menurutnya bisa saja serangan internal.


"Tapi apakah benar diniatkan untuk mencari tahu? We never know. Jangan terus berpikir ini serangan eksternal. Siapa tahu dari internal," ujar Ferry.


"Artinya Anda menyimpulkan bahwa kalau seandainya ini mau dibongkar, gampang kok?' tanya host acara Aiman ke Ferry.


"Gampang," jawab Ferry.


Ferry lalu menunjukkan video anggota polisi yang menangkap intel TNI karena diduga ikut melakukan kerusuhan dalam aksi demo di Palembang, Minggu (31/8/2025) dini hari.


Di mana dalam video, anggota Brimob mengatakan bahwa intel TNI itu ikut rusuh dalam aksi demo.


"Apakah ikut rusuh adalah bagian dari tugas teman-teman, tidak kan? saya tidak tahu kalau protapnya aparat kita seperti itu."


"Anyway, apa yang bisa Anda jelaskan di sini?" tanya Aiman.


"Ya, di situ kan jelas ya, kayaknya kita semua punya telinga kalau polisi bilang orang itu yang punya nametag ikut merusuh. Ikut merusuh. Saya tidak tahu karena saya bukan intel," katanya.


Menurut Ferry intel TNI yang ditangkap mengaku bukan dia saja yang ikut rusuh di sana.


Meski belakangan video ini diklarifikasi Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita yang mengatakan kehadiran TNI dalam kegiatan pengamanan kerusuhan aksi demonstrasi justru untuk membantu Polri meredam situasi agar kondusif.


Namun Ferry menganggap biar masyarakat yang menilai.


"Tapi nanti dulu sebelum itu, kita ngelanjutin masalah algoritma dulu. Oke. Kebetulan doktoral saya, PhD saya diambil masalah data science. Kehidupan saya soal data analitik dan bukan cuma membahas teorinya, saya juga menerapkannya," kata Ferry.


Diketahui Ferry mengambil gelar PhD nya itu di Monash University, Australia.


Di mana Ferry mengambil data analisis yang juga belajar soal algoritma.


"Dan bukan cuma belajar secara teorinya atau mengutip orang lain. Saya menerapkannya. Mungkin sekarang bisa dichat GPT 'friction shifting theory'. Itu sudah keluar teori algoritma dan data analisis dari FerryiIrwandi dan sudah ada pembuktiannya, berapa enjudgement yang didapat, berapa view yang didapat, berapa berapa follower yang didapat," papar Ferry.


Tapi, menurut Ferry, dirinya akan membicarakan dalang demo rusuh ini dengan bahasa yang simpel dan sederhana.


"Dan supaya teman-teman intelijen bisa mengambil mengambil ilmu juga mungkin, mungkin kita sharing knowledge ya. Ada yang namanya scrapping, ada yang namanya osint (open-source intelligence-Red)," kata Ferry.


 Jadi, tambah Ferry untuk mentrack dengan algoritma akan jadi bahaya ketika kapasitas dan kapabilitas penggunanya kurang.


"Tapi kalau kapasitas dan kapabilitas penggunanya bagus, itu bisa jadi senjata yang sangat powerful sekali," ujar Ferry.


Ferry lalu meminta diberikan laptop agar mentrack bersama-sama dari mana isu demo bubarkan DPR pada 25 Agustus muncul.


Aiman lalu berjanji akan memberikannya, karenanya meminta Ferry meneruskan penjelasannya.


"Dan saya enggak perlu pakai scrapping atau osint untuk mencari tahu. By keyword aja, Untuk memahami dari mana sumber data itu muncul," kata Ferry.


Ferry mempersilakan siapapun mencoba sendiri mungkin dengan handphone lewat google.


"Ini cara paling simpel deh, di TikTok, Google, by date 25 Agustus, sebelumnya hashtag bubarkan DPR, lihat afiliasi orang-orang itu. Siapa yang dia dukung, instansi mana yang dia dukung, instansi mana yang tidak dia dukung, siapa yang dia serang. That's it," kata Ferry.


Menurut Ferry akan ketemu akun-akun yang kemungkinan berada dibalik demo rusuh.


"Akun-akunnya simpel kok. Dan jawabannya adalah I don't know. Silakan cari tahu sendiri teman-teman. Pintar kok. Bapak, Ibu lebih pintarlah dari saya," kata Ferry.


"Anda mengatakan mereka yang selama ini dukung pemerintah?" tanya Aiman.


"Enggak. Saya enggak bilang apakah mereka benar-benar didalangi atau tidak, tapi kalau belajar, kalau kita ingin mencari tahu, benar-benar mencari tahu, enggak usah pakai kata yang berbunga-bunga atau kata-kata sophisticated lah. Langsung kayak gitu aja udah ketemu kok," ujar Ferry.


Ferry menjelaskan dengan cara sederhananya itu, ia ingin mengatakan berani menjamin ketika itu semua orang mencari tahu 25 Agustus hashtag bubarkan DPR di TikTok atau X akan mendapatkan akun yang dimaksud dalam waktu kurang dari 5 menit.


"Nah, ketika orang-orang, akun-akun ini diperiksa dan mereka bisa tidak terbukti, saya siap menerima konsekuensinya. Hari ini saya di penjara juga enggak masalah. Saya sudah kecukupan, untuk hidup. Istri saya sudah cukup," kata Ferry.


"Nah di situ aparat bisa cari tuh bisa tracking. Bukan berarti mereka (dalang rusuh). Tapi seenggaknya ada satu jalur yang kebuka. Nah dari situ aliran dana bisa dilihat," kata Ferry.


Namun jika ternyata menurut Ferry dari petunjuknya tidak bisa ditemukan jaringan dalang demo rusuh, atau hanya kebetulan saja, ia siap menanggung konsekuensinya.


"Saya bicara di ini di TV nasional, saya bicara di media sosial, di penjara bukan hal yang menakutkan buat saya. Oke. Kalau pemerintah memang mau nyari dalangnya," kata Ferry.


Ferry juga mengkritisi pemerintah yang menyebut nama Riza Chalid atau mafia dibalik aksi demo rusuh tanpa ada dasarnya.


"Basisnya apa? Itu kan kita perlu tahu dan kita enggak lagi terkesima dan enggak lagi terpukau dengan kata-kata yang sophisticated. Tidak. Kita butuh tahu basisnya apa," kata Ferry.


Menurutnya, semua petunjuk dalang atau otak demo anarkos bisa ditelisik dan dilihat dari tracking di media sosial.


"Dan saya jujur saya belum tahu dan saya juga enggak tahu siapa (dalang demo rusuh-red). Tapi bisa dilihat di media sosial. Misalnya orang ketemu siapa, postingannya apa, yang bergerak siapa. It's not a rocket science. Enggak butuh jadi BIN untuk paham," kata Ferry.


Ferry menjelaskan dengan didapatinya akun-akun yang diketahui menyebarkan isu demo bubarkan DPR sebelum 25 Agustus, bukan berarti mereka bagian dari jaringan dalang atau otak demo rusuh.


"Bukan berarti mereka yang melakukan, tapi mereka bisa jadi orang-orang yang diperiksa nantinya. Bahan awal. Seharusnya kan intelijen bekerja seperti itu ya. Tapi kalau cuma nyebut nama-nama luar aja atau apa ya, semua orang juga gampang," kata Ferry.


Ferry lalu mempertajam trackingnya soal dalang demo rusuh, dengan laptop yang ada di depannya.


"Yang mau saya sampaikan adalah kalau mau mencari dalang, ya tinggal aja di TikTok ketik bubarkan DPR. Semua postingan di tanggal 25 kita tinggal lihat. Ke mana arahnya," ujar Ferry.


Dari sana kata Ferry bisa dilihat siapa yang mengorganisir agar terealisasinya demo bubarkan DPR di tanggal 25 Agustus.


"Misalnya satu video ini, satu video ini kan tanggal 25 Agustus. Ini kan it's not a rocket science gitu loh untuk nyari. Misalnya ini video Gibran Pro Masyarakat bubarkan DPR, misal, saya tidak tahu ya," kata Ferry.


Ia kemudian mempertanyakan apakah cuma sekali video Gibran terkait bubarkan DPR? 


"Oh, tidak. Ternyata ada satu lagi. Oke, ada lagi. Oh, masih. Gibran melihat joget-joget. Nah, ini tipikalnya kayak gini. Apakah Gibran? (dalang demo rusuh-red) Tidak. Belum tentu. Cuma..Saya percaya. Saya percaya pemerintah solid. Saya percaya pemerintah solid. Setuju enggak?" papar Ferry.


Menurut Ferry ada kemungkinan banyak akun bersamaan di satu video yang sama.


"Mungkin ribuan itu video yang sama, tipikal dari akun akun anonim. Itu tugas intelijen. Yang saya temukan videonya sama sih ya. Polanya sama, pakai pola One Piece gitu. Terus Fufu Fafa lepaskan aku," kata Ferry.


Ferry menjelaskan di TikTok susah mencari akun anonim, tapi di X jelas.


"Karena bisa ditracking semua dan bisa menimbukan kepanikan luar biasa. Bahkan ada yang mau melaporkan saya ke hukum. Saya tunggu betul itu. Berarti kan bisa dibuka semuanya," kata Ferry.


"Dan Anda yakin dengan data anda?" tanya Aiman.


Ferry mengaku banyak ketakutannya di dunia ini.


"Tapi dua hal yang saya tidak takuti. Mati dan dipenjara. Saya takut istri saya enggak ngelihat saya ganteng lagi. Saya takut anak saya lupa sama saya. Saya takut anak saya tinggal di negara yang tidak benar. Saya takut anak saya tinggal di negara yang miskin," kata Ferry.


Menurut Ferry anak-anak muda saat ini luar biasa.


"Kemarin mereka di Borneo, ketika aksi demo terjadi mereka yang bersihin sendiri. Critical thinking mereka luar biasa sekali. Kita benar-benar ada di generasi emas," kata Ferry.


Generasi emas ini, kata Ferry dihasilkan bukan dari pemerintah yang baik, tapi dari akses internet yang luar biasa.


"Mereka sangat terbuka sama data. Nah, kita sudah punya bonus demografi nih. Kalau pemerintah kita enggak benar, gila enggak sih bonus demografi jadi negara pertama yang gagal menjalankan bonus demografi? Artinya apa? Artinya di sini kita bersuara, di sini kita berbicara, dalang segala macam itu bisa kita selesaikan nanti," kata Ferry.


Tapi, kata Ferry, apa evaluasi yang bisa dilakukan pemerintah? 


"Kenapa enggak di sini? Apa salahnya? Satu permintaan maaf tidak akan melukai harga diri seseorang. Betul. satu perbaikan mungkin menyelamatkan banyak nyawa orang lain. Ngomong RUU perampasan aset, oke good. Tapi UU perlindungan rumah tangga kita juga perlu diproses," papar Ferry.


Menurut Ferry menemukan dalang atau tidak di demo rusuh itu urusan kedua.


"Urusan pertama gimana pemerintah bisa berbenah. Karena balik lagi dari penjelasan saya di awal, mau siapapun dalangnya kalau pemerintah berjalan dengan baik, masyarakat akan support itu," ujar Ferry.


Sumber: Tribun

Komentar