Ketika Tradisi Luhur Pacu Jalur Riau Tercoreng Ulah Remaja di Tol Lampung

- Rabu, 16 Juli 2025 | 06:15 WIB
Ketika Tradisi Luhur Pacu Jalur Riau Tercoreng Ulah Remaja di Tol Lampung



Di tengah hiruk pikuk kecaman terhadap aksi berbahaya seorang remaja di Tol Lampung, ada satu aspek penting yang terluka: marwah tradisi Pacu Jalur.


Bagi masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Pacu Jalur bukanlah sekadar gerakan mendayung atau jogetan untuk konten viral.


Ia adalah sebuah festival budaya yang sarat dengan nilai sejarah, sportivitas, kerja sama, dan bahkan magis.


Pacu Jalur adalah perlombaan perahu panjang tradisional yang terbuat dari kayu gelondongan utuh, bisa mencapai panjang 25 hingga 40 meter.


Setiap perahu diawaki oleh puluhan pendayung (anak pacu) yang bekerja serempak di bawah komando seorang tukang tari di bagian depan dan tukang kemudi di belakang.


Festival ini biasanya diadakan setiap tahun di Sungai Kuantan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan telah menjadi ikon kebanggaan masyarakat Riau.


Gerakan ritmis para pendayung bukanlah tarian, melainkan kerja keras penuh tenaga untuk menjadi yang tercepat.


Aksi yang dilakukan remaja di Tol Bakauheni–Terbanggi Besar adalah representasi yang sangat keliru dan dangkal dari tradisi ini.


Mengambil gerakan mendayung yang ikonik lalu menampilkannya secara solo di atas atap mobil yang melaju adalah sebuah tindakan yang merendahkan semangat kebersamaan dan kerja keras yang menjadi esensi Pacu Jalur.


Halaman:

Komentar