Habib Umar Alhamid: Tak Inginkan Soeharto Jadi Pahlawan, Sebaiknya Bercermin Dulu

- Minggu, 25 Mei 2025 | 11:00 WIB
Habib Umar Alhamid: Tak Inginkan Soeharto Jadi Pahlawan, Sebaiknya Bercermin Dulu


Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid, menyuarakan dukungannya terhadap usulan agar Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar H.M. Soeharto, diangkat sebagai pahlawan nasional. Dalam pandangannya, Soeharto adalah figur penting dalam sejarah Indonesia yang kepemimpinannya selama 32 tahun membawa stabilitas dan disegani oleh dunia internasional.

“Kalau masih ada yang menolak Soeharto jadi pahlawan, saya tanya, siapa kalian? Apa kalian pernah mengabdi untuk bangsa dan negara sebesar beliau? Sebaiknya anda bercermin dulu,” ujar Habib Umar Alhamid dalam pernyataannya kepada www.suaranaaional.com, Minggu (25/5/2025).

Habib Umar menilai bahwa hanya mereka yang memiliki “masalah masa lalu”, termasuk yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang bersikap apriori terhadap jasa-jasa Soeharto. Ia menegaskan bahwa peran Soeharto dalam menumpas pemberontakan G30S/PKI pada 1965 adalah tindakan penyelamatan terhadap ideologi negara dan kedaulatan nasional.

Menurut Habib Umar, masa kepemimpinan Soeharto selama tiga dekade lebih tidak hanya menghadirkan pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional, tetapi juga menciptakan situasi damai yang memungkinkan Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang kuat dan stabil.

“Kita ingat bagaimana Orde Baru membangun infrastruktur, swasembada pangan, dan mengendalikan inflasi. Dunia saat itu menghormati Indonesia, dan itu karena kepemimpinan Soeharto,” tegasnya.

Habib Umar juga menilai bahwa pengunduran diri Soeharto pada Mei 1998 adalah bukti nyata sikap kenegarawanan. Menurutnya, Soeharto tidak memilih mempertahankan kekuasaan atau menggunakan kekuatan militer untuk membungkam rakyat, melainkan memilih jalan damai demi menghindari konflik horizontal.

“Beliau tidak memberikan mandat kepada militer atau elit politik tertentu untuk ambil alih. Itu langkah berani dan elegan. Hanya seorang negarawan yang sanggup mundur dengan kepala tegak demi keutuhan bangsa,” tuturnya.

Tak Ada Perpecahan, Itu Ciri Pahlawan

Habib Umar menolak narasi bahwa kejatuhan Soeharto membawa Indonesia dalam krisis yang lebih dalam. Menurutnya, transisi kekuasaan berjalan relatif damai, dan itu adalah warisan terpenting Soeharto: ‘menjaga persatuan’.

“Tidak ada pertumpahan darah dalam akhir pemerintahannya. Itulah karakter pemimpin sejati. Itulah mengapa saya katakan, hanya mereka yang bermasalah dengan sejarah bangsa ini yang tidak ingin Soeharto dikenang sebagai pahlawan,” katanya.

Habib Umar berharap pemerintah dan masyarakat mulai berpikir objektif dalam melihat sejarah. Ia menyebut bahwa waktu telah cukup memberikan jarak untuk menilai Soeharto secara adil, dan sudah saatnya bangsa ini memberi tempat yang layak bagi mantan presiden tersebut dalam lembaran sejarah nasional.

“Jangan biarkan generasi muda mewarisi dendam sejarah yang tidak selesai. Kita harus adil menilai. Soeharto punya kekurangan, iya. Tapi jasa dan keberaniannya jauh lebih besar,” katanya.

Foto: Habib Umar Alhamid (Dok Pribadi)

Komentar