Termasuk Soeharto, Inilah Deretan 10 Tokoh yang Diusulkan Jadi Calon Pahlawan Nasional

- Senin, 28 April 2025 | 09:25 WIB
Termasuk Soeharto, Inilah Deretan 10 Tokoh yang Diusulkan Jadi Calon Pahlawan Nasional


MURIANETWORK.COM
- Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Sosial (Kemensos) telah mengumumkan sederat nama tokoh yang diusulkan menjadi calon Pahlawan Nasional di tahun 2025.

Diketahui bawa baru-baru ini isu calon pahlawan nasional di tahun 2025 mencuat di tengah publik.

Isu itu pun awalnya ditanggapi dengan beragam reaksi, ada yang setuju namun tak sedikit juga yang masih mempertanyakan berbagai hal mengenai sepuliuh tokoh tersbeut.

Menurut informasi yang didapat dari situs resmi Kementerian Sosial atau Kemensos, ada sebanyak 10 tokoh terpilih untuk diusulkan mendapatkan gelar prestisius tersebut.

Dari 10 tokoh ini, enam di antaranya merupakan usulan ulang dari tahun-tahun sebelumnya, sementara empat lainnya merupakan usulan baru.

Adapun proses penetapan Pahlawan Nasional melibatkan tahapan yang ketat dan panjang. Dimulai dengan pengkajian oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD), nama-nama yang diusulkan kemudian diajukan kepada gubernur sebelum diteruskan ke Kementerian Sosial.

Setelah itu, Kemensos membentuk Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk menilai kelayakan masing-masing calon. Proses verifikasi lebih lanjut akan dilakukan, dan daftar akhir calon pahlawan akan dibahas di Dewan Gelar.

Keputusan akhir mengenai siapa yang berhak mendapatkan gelar ini akan ditentukan oleh Presiden Republik Indonesia.

Dikutip Poskota.co.id dari situs resmi Kemensos pada Minggu, 27 April 2025, berikut adalah 10 tokoh yang diusulkan menjadi calon Pahlawan Nasional beserta profil singkatnya.

10 Tokoh yang Diusulkan Jadi Calon Pahlawan Nasional


1. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


- Lahir: 7 September 1940, Jombang, Jawa Timur

- Wafat: 30 Desember 2009, Jakarta

Profil

KH Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, adalah Presiden ke-4 Republik Indonesia. Gus Dur dikenal sebagai tokoh pluralisme yang mempromosikan toleransi antarumat beragama.

Sebagai Ketua Umum PBNU dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), beliau juga dikenal sebagai pembela hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia.

Gus Dur banyak dikenang atas kontribusinya dalam memperjuangkan kebebasan beragama dan menyuarakan pentingnya hak-hak minoritas.

- Kehormatan: Dikenang sebagai "Bapak Pluralisme" Indonesia.

2. Jenderal Besar HM Soeharto


- Lahir: 8 Juni 1921, Kemusuk, Yogyakarta

- Wafat: 27 Januari 2008, Jakarta

Profil

Soeharto adalah Presiden ke-2 Indonesia yang memimpin negara selama lebih dari tiga dekade (1967-1998). Selama masa pemerintahannya, Soeharto banyak memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi dan menjaga stabilitas politik di Indonesia.

Namun, masa pemerintahannya juga tidak lepas dari kontroversi, khususnya terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia dan praktek korupsi.

Meskipun demikian, Soeharto tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

- Kehormatan: Penerima berbagai penghargaan internasional dalam bidang pembangunan ekonomi.

3. KH Bisri Syansuri


- Lahir: 18 September 1886, Jombang, Jawa Timur

- Wafat: 25 April 1980

Profil

KH Bisri Syansuri adalah seorang ulama besar asal Jawa Timur yang mendirikan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif di Jombang. Selain aktif dalam dunia pendidikan, ia juga merupakan tokoh penting dalam sejarah Nahdlatul Ulama.

Keberhasilan KH Bisri dalam mengembangkan pendidikan pesantren menjadikannya sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam memperkuat pergerakan Islam di Indonesia.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pelopor pendidikan pesantren modern di Indonesia.

4. Idrus bin Salim Al-Jufri (Guru Tua)


- Lahir: 15 Maret 1892, Tarim, Yaman

- Wafat: 22 Desember 1969, Palu, Sulawesi Tengah

Profil

Idrus Al-Jufri, lebih dikenal sebagai "Guru Tua", adalah tokoh pendidikan Islam yang berasal dari Sulawesi Tengah. Ia mendirikan Lembaga Pendidikan Alkhairaat, yang menjadi jaringan pendidikan Islam terbesar di kawasan Indonesia Timur.

Sebagai seorang pendidik dan ulama, ia sangat berperan dalam menyebarkan ilmu agama dan mendidik generasi muda di wilayah tersebut.

- Kehormatan: Nama beliau diabadikan sebagai nama universitas, yaitu Universitas Alkhairaat.

5. Teuku Abdul Hamid Azwar


- Lahir: 1902, Aceh

- Wafat: 1947

Profil

Teuku Abdul Hamid Azwar adalah seorang pahlawan kemerdekaan yang berasal dari Aceh. Ia dikenal karena jasanya dalam menyediakan logistik bagi pasukan pejuang di Aceh selama masa perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Kepiawaiannya dalam mengorganisir dan mendistribusikan logistik sangat berperan dalam mendukung kelangsungan perlawanan di wilayah tersebut.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pahlawan logistik di Aceh.

6. KH Abbas Abdul Jamil


- Lahir: 1900-an, Cirebon, Jawa Barat

- Wafat: 1950-an

Profil

KH Abbas Abdul Jamil adalah ulama dan pejuang asal Jawa Barat yang sangat aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Ia memimpin sejumlah pertempuran bersenjata melawan Belanda, sambil menjalankan peranannya dalam dakwah Islam dan pendidikan pesantren.

Kiprahnya dalam membangun generasi yang berwawasan kebangsaan membuatnya dikenang sebagai salah satu tokoh yang berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan.

- Kehormatan: Dianggap sebagai ulama dan pahlawan pejuang dari Jawa Barat.

7. Anak Agung Gede Anom Mudita


- Lahir: 1915, Bangli, Bali

- Wafat: 1947

Profil

Anak Agung Gede Anom Mudita adalah pejuang asal Bangli, Bali, yang memimpin rakyat Bangli dalam perlawanan melawan Belanda pada tahun 1947.

Ia gugur dalam pertempuran saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Keberaniannya dalam memimpin pasukan dan keteguhan dalam berjuang untuk kemerdekaan membuatnya dikenang sebagai pahlawan dari Bali.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pahlawan Bali yang gugur dalam pertempuran.

8. Deman Tende


- Lahir: Awal 1900-an, Mandar, Sulawesi Barat

- Wafat: 1940-an

Profil

Deman Tende adalah pemimpin perlawanan rakyat Mandar di Sulawesi Barat yang berperan aktif melawan penjajahan Belanda.

Ia dikenal sebagai sosok yang tangguh dalam memimpin pasukan rakyat, serta mengorganisir strategi gerilya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di wilayah Mandar.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pejuang gerilya di Sulawesi Barat.

9. Prof. Dr. Midian Sirait


- Lahir: 13 November 1932, Porsea, Sumatera Utara

- Wafat: 11 April 2003

Profil

Prof. Dr. Midian Sirait adalah seorang pakar farmasi dan politisi asal Sumatera Utara. Ia banyak berkontribusi dalam pengembangan industri farmasi nasional dan pelestarian kawasan Danau Toba.

Keahliannya di bidang farmasi dan perjuangannya dalam menjaga kelestarian lingkungan menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pelopor pengembangan farmasi nasional.

10. KH Yusuf Hasyim


- Lahir: 1929, Jombang, Jawa Timur

- Wafat: 2006

Profil

KH Yusuf Hasyim adalah ulama dan tokoh penting di Nahdlatul Ulama. Ia memimpin Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang dan dikenal sebagai putra bungsu dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, pendiri NU.

Keberhasilannya dalam mengembangkan pesantren serta peranannya dalam memperjuangkan pendidikan Islam menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting di Indonesia.

- Kehormatan: Dikenang sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh penting NU.

Itulah deretan 10 tokoh yang diusulkan menjadi calon Pahlawan Nasional. (*)

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Polisi Tangkap Pembunuh Ibu Kandung di Wonogiri

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:45 WIB

Heboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tayang: Sabtu, 16 Agustus 2025 08:53 WIB Tribun XBaca tanpa iklan Editor: Valentino Verry zoom-inHeboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tribunjatim.com/Isya Anshari A-A+ INGIN DONOR ORGAN TUBUH - Yusa Cahyo Utomo, terdakwa pembunuh satu keluarga, divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025) siang. Yusa mengaku menyesali perbuatannya dan berkeinginan menyumbangkan organ tubuhnya kepada sang keponakan yang masih hidup, sebagai bentuk penebusan kesalahan. WARTAKOTALIVE.COM, KEDIRI - Jika seorang terdakwa dijatuhi vonis mati biasanya tertunduk lesu, ada pula yang menangis. Lain halnya dengan Yusa Cahyo Utomo, terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Kediri, Jawa Timur. Tak ada penyesalan, bahkan dia sempat tersenyum kepada wartawan yang mewancarainya usai sidang vonis oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025). Dengan penuh percaya diri, Yusa Cahyo Utomo ingin mendonorkan organ tubuhnya usai dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim. Baca juga: Alasan Pembunuh Satu Keluarga Tak Habisi Anak Bungsu, Mengaku Kasihan Saat Berusaha Bergerak Tentu ini cukup aneh, namun niat Yusa Cahyo Utomo ini ternyata ada makna yang besar. Donor organ tubuh adalah proses yang dilakukan untuk menyelamatkan atau memperbaiki hidup penerima organ yang mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi organ. Biasanya, orang akan secara sukarela menyumbangkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan. Saya berpesan, nanti di akhir hidup saya, bisa sedikit menebus kesalahan ini (membunuh) dengan menyumbangkan organ saya, ucapnya dilansir TribunJatim.com. Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri Ternyata Masih Saudara Sendiri, Ini Motfinya Kalau saya diberikan hukuman mati, saya siap menyumbangkan semua organ saya, apapun itu, imbuhnya. Yusa Cahyo Utomo merupakan warga Bangsongan, Kecamatan Kayen, Kabupaten Kediri. Ia adalah seorang duda cerai dengan satu anak. Yusa merupakan pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Desember 2024. Yusa menghabisi nyawa pasangan suami istri (pasutri) Agus Komarudin (38) dan Kristina (34), beserta anak sulung, CAW (12). Anak bungsu korban, SPY (8), ditemukan selamat dalam kondisi luka serius. Yusa mengaku ia tak tega menghabisi nyawa SPY karena merasa kasihan. Tersangka meninggalkannya dalam kondisi bernapas. Alasannya dia merasa kasihan pada yang paling kecil, ungkap AKP Fauzy Pratama yang kala itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kediri, masih dari TribunJatim.com. Hubungan Yusa dengan korban Kristina adalah kakak adik. Pelaku merupakan adik kandung korban. Namun, sejak kecil, Yusa diasuh oleh kerabat lainnya di Bangsongan, Kecamatan Kayen. Selama itu, Yusa tak pernah mengunjungi keluarganya yang ada di Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Dikutip dari Kompas.com, motif Yusa menghabisi Kristina dan keluarganya karena masalah utang dan rasa sakit hati. Yusa memiliki utang di sebuah koperasi di Kabupayen Lamongan sebanyak Rp12 juta dan kepada Kristina senilai Rp2 juta. Karena Yusa tak memiliki pekerjaan dan utangnya terus menumpuk, ia pun memutuskan bertemu Kristina untuk meminjam uang. Kristina menolak permintaan Yusa sebab sang adik belum melunasi utang sebanyak Rp2 juta kepadanya. Penolakan itu kemudian memicu rasa sakit hati bagi Yusa hingga merencanakan pembunuhan terhadap Kristina dan keluarganya. Buntut aksi kejamnya, Yusa tak hanya divonis mati, pihak keluarga juga enggan menerimanya kembali. Sepupu korban dan pelaku, Marsudi (28), mengungkapkan pihak keluarga tak akan menerima kepulangan Yusa. Keluarga sudah enggak mau menerima (jika pelaku pulang), ungkapnya. Kronologi Pembunuhan Rencana pembunuhan oleh Yusa Cahyo Utomo terhadap Kristina dan keluarganya berawal dari penolakan korban meminjami uang kepada pelaku, Minggu (1/12/2024). Sakit hati permintaannya ditolak, Yusa kembali ke rumah Kristina pada Rabu (4/12/2024) dini hari pukul 3.00 WIB. Ia menyelinap ke dapur di bagian belakang rumah dan menunggu Kristina keluar. Saat Kristina keluar, Yusa lantas menghabisi nyawa kakak kandungnya itu menggunakan palu. Suami Kristina, Agus, mendengar suara teriakan sang istri dan keluar untuk mengecek. Nahas, Agus juga dibunuh oleh Yusa. Aksi Yusa berlanjut dengan menyerang anak Kristina, CAW dan SPY. Namun, ia membiarkan SPY tetap hidup sebab merasa kasihan. Usai melancarkan aksinya, Yusa membawa barang berharga milik korban, termasuk mobil dan beberapa telepon genggam. Ia kemudian kabur ke Lamongan dan berhasil ditangkap pada Kamis (5/12/2025). Atas perbuatannya, Yusa dijatuhi vonis mati buntut pembunuhan berencana terhadap Kristina dan keluarga. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Yusa Cahyo Utomo dengan hukuman mati, kata Ketua Majelis Hakim, Dwiyantoro dalam sidang putusan yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025), pukul 12.30 WIB, masih dikutip dari TribunJatim.com.

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:45 WIB

Pidato Prabowo Buka Jalan Kembali ke UUD 1945 Asli

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:30 WIB

Terpopuler

15

Heboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tayang: Sabtu, 16 Agustus 2025 08:53 WIB Tribun XBaca tanpa iklan Editor: Valentino Verry zoom-inHeboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tribunjatim.com/Isya Anshari A-A+ INGIN DONOR ORGAN TUBUH - Yusa Cahyo Utomo, terdakwa pembunuh satu keluarga, divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025) siang. Yusa mengaku menyesali perbuatannya dan berkeinginan menyumbangkan organ tubuhnya kepada sang keponakan yang masih hidup, sebagai bentuk penebusan kesalahan. WARTAKOTALIVE.COM, KEDIRI - Jika seorang terdakwa dijatuhi vonis mati biasanya tertunduk lesu, ada pula yang menangis. Lain halnya dengan Yusa Cahyo Utomo, terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Kediri, Jawa Timur. Tak ada penyesalan, bahkan dia sempat tersenyum kepada wartawan yang mewancarainya usai sidang vonis oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025). Dengan penuh percaya diri, Yusa Cahyo Utomo ingin mendonorkan organ tubuhnya usai dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim. Baca juga: Alasan Pembunuh Satu Keluarga Tak Habisi Anak Bungsu, Mengaku Kasihan Saat Berusaha Bergerak Tentu ini cukup aneh, namun niat Yusa Cahyo Utomo ini ternyata ada makna yang besar. Donor organ tubuh adalah proses yang dilakukan untuk menyelamatkan atau memperbaiki hidup penerima organ yang mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi organ. Biasanya, orang akan secara sukarela menyumbangkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan. Saya berpesan, nanti di akhir hidup saya, bisa sedikit menebus kesalahan ini (membunuh) dengan menyumbangkan organ saya, ucapnya dilansir TribunJatim.com. Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri Ternyata Masih Saudara Sendiri, Ini Motfinya Kalau saya diberikan hukuman mati, saya siap menyumbangkan semua organ saya, apapun itu, imbuhnya. Yusa Cahyo Utomo merupakan warga Bangsongan, Kecamatan Kayen, Kabupaten Kediri. Ia adalah seorang duda cerai dengan satu anak. Yusa merupakan pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Desember 2024. Yusa menghabisi nyawa pasangan suami istri (pasutri) Agus Komarudin (38) dan Kristina (34), beserta anak sulung, CAW (12). Anak bungsu korban, SPY (8), ditemukan selamat dalam kondisi luka serius. Yusa mengaku ia tak tega menghabisi nyawa SPY karena merasa kasihan. Tersangka meninggalkannya dalam kondisi bernapas. Alasannya dia merasa kasihan pada yang paling kecil, ungkap AKP Fauzy Pratama yang kala itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kediri, masih dari TribunJatim.com. Hubungan Yusa dengan korban Kristina adalah kakak adik. Pelaku merupakan adik kandung korban. Namun, sejak kecil, Yusa diasuh oleh kerabat lainnya di Bangsongan, Kecamatan Kayen. Selama itu, Yusa tak pernah mengunjungi keluarganya yang ada di Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Dikutip dari Kompas.com, motif Yusa menghabisi Kristina dan keluarganya karena masalah utang dan rasa sakit hati. Yusa memiliki utang di sebuah koperasi di Kabupayen Lamongan sebanyak Rp12 juta dan kepada Kristina senilai Rp2 juta. Karena Yusa tak memiliki pekerjaan dan utangnya terus menumpuk, ia pun memutuskan bertemu Kristina untuk meminjam uang. Kristina menolak permintaan Yusa sebab sang adik belum melunasi utang sebanyak Rp2 juta kepadanya. Penolakan itu kemudian memicu rasa sakit hati bagi Yusa hingga merencanakan pembunuhan terhadap Kristina dan keluarganya. Buntut aksi kejamnya, Yusa tak hanya divonis mati, pihak keluarga juga enggan menerimanya kembali. Sepupu korban dan pelaku, Marsudi (28), mengungkapkan pihak keluarga tak akan menerima kepulangan Yusa. Keluarga sudah enggak mau menerima (jika pelaku pulang), ungkapnya. Kronologi Pembunuhan Rencana pembunuhan oleh Yusa Cahyo Utomo terhadap Kristina dan keluarganya berawal dari penolakan korban meminjami uang kepada pelaku, Minggu (1/12/2024). Sakit hati permintaannya ditolak, Yusa kembali ke rumah Kristina pada Rabu (4/12/2024) dini hari pukul 3.00 WIB. Ia menyelinap ke dapur di bagian belakang rumah dan menunggu Kristina keluar. Saat Kristina keluar, Yusa lantas menghabisi nyawa kakak kandungnya itu menggunakan palu. Suami Kristina, Agus, mendengar suara teriakan sang istri dan keluar untuk mengecek. Nahas, Agus juga dibunuh oleh Yusa. Aksi Yusa berlanjut dengan menyerang anak Kristina, CAW dan SPY. Namun, ia membiarkan SPY tetap hidup sebab merasa kasihan. Usai melancarkan aksinya, Yusa membawa barang berharga milik korban, termasuk mobil dan beberapa telepon genggam. Ia kemudian kabur ke Lamongan dan berhasil ditangkap pada Kamis (5/12/2025). Atas perbuatannya, Yusa dijatuhi vonis mati buntut pembunuhan berencana terhadap Kristina dan keluarga. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Yusa Cahyo Utomo dengan hukuman mati, kata Ketua Majelis Hakim, Dwiyantoro dalam sidang putusan yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025), pukul 12.30 WIB, masih dikutip dari TribunJatim.com.