Jika benar dugaan ini terbukti, maka ada konsekuensi hukum yang seharusnya ditegakkan tanpa pandang bulu.
Ketidaktegasan hukum dalam menangani kasus ini bukan sekadar persoalan individu, tetapi lebih jauh menunjukkan betapa lemahnya sistem keadilan di negeri ini.
Seorang kepala negara yang mestinya menjadi teladan dalam kejujuran dan transparansi justru enggan membuka dokumen yang seharusnya menjadi bukti paling mendasar atas kredibilitasnya.
Jika pemimpin tertinggi dalam suatu negara tidak bisa menunjukkan keabsahan pendidikannya, bagaimana bisa bangsa ini berharap pada sistem yang adil dan transparan?
Dampak dari polemik ini lebih luas daripada sekadar perdebatan akademik. Kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan, hukum, dan demokrasi semakin terkikis.
Jika seorang pemimpin dapat lolos dengan dugaan ijazah palsu, maka tidak mengherankan jika korupsi, nepotisme, dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya merajalela tanpa hambatan berarti.
Bangsa ini seperti sedang tersesat dalam pusaran kepalsuan, di mana kebenaran dapat dikaburkan dengan propaganda dan kekuasaan.
Dalam dunia yang semakin transparan dengan kemajuan teknologi informasi, seharusnya tidak ada lagi ruang bagi pemalsuan dokumen, apalagi oleh seorang pemimpin negara.
Fakta bahwa persoalan ini dibiarkan menggantung tanpa penyelesaian menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sedang ditutupi.
Jika hukum tetap abai dan publik tetap bungkam, maka kita sedang berjalan menuju kehancuran moral dan integritas bangsa.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Thomas Jefferson, “When injustice becomes law, resistance becomes duty.”
Sejarah telah mengajarkan bahwa kebenaran, betapapun ditekan, pada akhirnya akan muncul ke permukaan.
Mungkin tidak hari ini, tetapi kelak kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.
Dan saat itu terjadi, rakyat Indonesia akan melihat dengan jelas siapa yang selama ini berbohong dan siapa yang telah dikorbankan demi menutupi kebohongan tersebut.
***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Geng Solo Masih Berkeliaran? Ini Tantangan Terberat Prabowo di Tahun Pertama!
Prabowo Disebut Tak Semanis Jokowi, Benarkah Popularitasnya Lebih Tulus?
DPR Sindir Babe Haikal: Ancam Legalkan Produk Non-Halal, Kebijakan Ngawur atau Langkah Berani?
BRIN Ungkap Cadangan Air di IKN Cuma 0,5%, Masih Yakin Pindah Ibu Kota?