Bagaimana caranya mengakui kalau kita sedang nggak baik-baik saja?
Atau mengakui bahwa kita lelah berpura-pura kuat?
Dan yang paling susah: mengakui kalau ada luka yang nggak bisa sembuh cuma dengan diem-dieman aja.
Mungkin yang paling bikin takut bukan rasa sedihnya. Tapi justru keberanian untuk jujur, baik ke orang lain maupun ke diri sendiri. Itu lho, yang bikin gentar.
Karena sejujurnya, mungkin kita nggak pernah benar-benar kehabisan harapan. Cuma kehabisan kata-kata aja.
Di sisa-sisa kelelahan itu, ada satu hal kecil yang bisa dipelajari. Selama kita masih bisa bernapas, kita masih boleh berhenti sebentar. Masih boleh jujur tentang perasaan. Masih boleh berharap, sekecil apa pun itu.
Awalnya sih, tulisan ini cuma buat diri sendiri. Tapi kalau sampai terbaca olehmu, semoga bisa jadi teman di saat bingung, saat kita merasa nggak punya "rumah" untuk kembali. Ingat aja, mungkin hari ini belum pulih sepenuhnya. Tapi kita masih bernapas. Untuk saat ini, itu dulu yang cukup.
Soalnya, luka nggak bisa sembuh buru-buru. Dia butuh waktu. Butuh keberanian buat dilihat, dirawat, dan akhirnya diakui: iya, luka ini memang ada.
Artikel Terkait
Di Balik Dadu Gurak: Ketika Adat dan KUHP Beradu di Teras Pak Mantir
Program Makan Bergizi: Ketika Jerawat Remaja Jadi Target dan Nanas Dibagi untuk Lima Hari
Muslim Arbi Desak Prabowo Pecat Bahlil, Sebut Tambang Picu Perpecahan NU
Dari Piagam Madinah ke Nakba: Jejak Panjang Pengkhianatan dan Perjuangan di Tanah Palestina