Gambar-gambar itu beredar cepat di media sosial. Sebuah sweter abu-abu dengan logo IDF, ditemukan di lemari Jeffrey Epstein. Bagi banyak orang, itu bukan sekadar kain. Tapi potongan puzzle yang mencolok dari sebuah misteri gelap yang belum terpecahkan.
Jeffrey Epstein? Ya, nama itu sudah jadi sinonim skandal. Seorang pemodal kaya-raya dengan jaringan elite global, yang akhirnya dicap sebagai terpidana kejahatan seks. Dia meninggal di sel penjaranya pada 2019 kematian yang masih diselimuti tanda tanya besar tepat sebelum sidang perdagangan anak di bawah umur digelar.
Nah, yang ramai dibicarakan sekarang adalah “Epstein Files”. Ribuan halaman dokumen pengadilan dan catatan investigasi yang akhirnya dibuka untuk publik. Rilis besar-besaran ini terjadi pada 19 Desember 2025, berkat sebuah undang-undang transparansi yang ditandatangani Donald Trump bulan sebelumnya. Isinya? Luar biasa lengkap. Mulai dari foto-foto pribadi (seperti Bill Clinton di bak air panas), log penerbangan pesawat pribadi Epstein yang terkenal itu, email, rekaman, sampai kesaksian korban yang mengiris hati. Banyak nama besar bermunculan: politisi, bangsawan, tokoh bisnis. Tapi banyak juga bagian yang masih dihitamkan, menyisakan ruang untuk spekulasi.
Tujuannya jelas: transparansi. Mengungkap sepenuhnya lingkaran kejahatan ini dan siapa saja yang mungkin terlibat, atau sekadar pura-pura tidak tahu.
Di tengah semua itu, satu pertanyaan terus mengemuka: apa sebenarnya hubungan Epstein dengan Israel?
Pertama, soal koneksi personal. Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, adalah nama yang paling sering disebut. Catatan menunjukkan mereka bertemu puluhan kali. Bahkan Barak pernah mengunjungi apartemen Epstein di Manhattan.
Artikel Terkait
Kapolri Gebrak Rotasi, Polwan Kuasai Jabatan Strategis
Kapal Maulana 30 Terbakar di Perairan Tanggamus, 8 ABK Masih Hilang
Kapolri Main Licin, Perpol Kontroversial Akhirnya Dicabut
Nestlé dan Warga Pasuruan Tanam Ribuan Bakau untuk Selamatkan Pesisir