Di Banten, Sabtu lalu, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan perasaannya yang campur aduk. Di satu sisi, ia merasa gembira melihat capaian program rumah bersubsidi yang telah berjalan setahun. Namun, kegembiraan itu langsung dibayangi oleh sebuah angka yang menggelisahkan: masih ada sekitar 29 juta warga yang belum memiliki tempat tinggal.
“Tapi kadang-kadang kita harus koreksi diri,” ujarnya, dengan nada serius. Menurutnya, seringkali masalahnya terletak pada cara mengelola kekayaan negara.
“Sekarang harus kita kelola dengan baik. Kita harus tegakkan hukum, tegakkan peraturan, negara harus hadir tapi negara harus bersih,” tegas Prabowo. Ia menekankan bahwa pemerintah tidak boleh membiarkan institusinya tercemar korupsi.
Pernyataan itu bukan sekadar retorika. Prabowo tampak bertekad bulat untuk membersihkan aparat yang dinilainya menjadi ujung tombak pelayanan. Logikanya sederhana: jika aparat tidak jujur dan bekerja dengan baik, aliran bantuan dan anggaran negara akan mandek sebelum sampai ke tangan rakyat yang paling membutuhkan.
“Boleh kita anggarkan ratusan triliun. Kalau itu tidak sampai ke rakyat, sangat sedih kita,” ungkapnya, menggambarkan betapa sia-sianya anggaran besar jika bocor di tengah jalan.
Di sisi lain, Prabowo mengaku bersyukur. Ia merasa didukung oleh para menteri yang ia nilai setia, bukan kepada dirinya secara pribadi, melainkan kepada bangsa.
Artikel Terkait
Kapolri Geser Deretan Kapolda dan Wakapolda Jelang Akhir Tahun
Tersangka Pemalsuan Ijazah Jokowi Klaim Dokumen yang Ditunjukkan Polisi Masih Palsu
Misteri 22 Luka Tusuk di Rumah Kosong: Bocah 9 Tahun Tewas di Cilegon
Tersangka Kasus Ijazah Jokowi Klaim Foto di Dokumen Itu Palsu