Daklan, seorang tukang becak berusia 57 tahun dari Desa Padakaton, Brebes, punya cerita getir soal bantuan. Ia merasa namanya cuma dipakai saja. Padahal, bantuan becak listrik dari program Presiden Prabowo itu seharusnya sudah di tangannya.
Semua prosedur ia jalani. Mulai dari pelatihan sampai mengisi formulir. Bahkan, Sabtu lalu, dia bersama puluhan orang lain dipanggil ke Pendapa Kabupaten Brebes untuk serah-terima resmi. Dengan hati lega, ia pun membawa pulang becak listrik barunya itu.
Tapi ceritanya berubah di tengah jalan.
"Sampai di tengah jalan, saya disuruh berhenti. Becaknya dinaikkan ke mobil sama Pak Herman," ujar Daklan, Kamis (18/12), suaranya terdengar pasrah.
Pak Herman yang dimaksud adalah Suherman, Ketua BUMDes Mekar Jaya di desanya. Becak itu akhirnya bukan dibawa ke rumah Daklan, melainkan disimpan di sebuah gedung.
Hingga kini, becak itu masih menganggur rapi di sana. Menurut Daklan, ada tiga unit becak yang tersimpan, termasuk miliknya. Dua penerima lain adalah Muhtadi, buruh harian, dan Sudrajat, karyawan BUMDes.
"Saya takut, tidak berani menanyakan," akunya. Kekecewaannya terasa jelas. "Kalau tahu becak itu bukan untuk saya, saya tidak mau meskipun dikasih uang seratus ribu rupiah," tegasnya.
Ia merasa dipermainkan. Andai dari awal tahu tak akan dapat, ia tak akan mau repot-repot ke Pendapa.
Artikel Terkait
Tiga Jaksa Terjerat Kasus Pemerasan Warga Korea Selatan
Di Tengah Reruntuhan Gaza, 203 Pasangan Rayakan Pernikahan Massal
Wamendagri Soroti Reformasi Birokrasi: Jangan Cuma di Atas Kertas, Harus Sampai ke Rakyat
Kabut Sensor Menyelimuti Bencana Sumatera